Kamis, 27 Juli 2023

Hukum Membaca al-Fatihah di Setiap Keadaan dan Setiap Doa ?



alhamdulillahirabbil 'alamin yang telah memberikan kita petunjuk sehingga kita bisa terus menimba ilmu terus mencari cahaya dan pertolongannya agar memudahkan kita menuju nsurga-Nya aamiin.asyhadu alla ilaha illallah wa asyhadu anna muhammadarasulullah. 'amma ba'du
   Seiring banyaknya orang yang ketika berdoa hanya bertumpu pada satu surat saja surat al-fatihah yang asal usulnya perlu dicari tahu. Banyak orang yang mengawali doa dengan al-fatihah ataupun setelahnya.
Oleh karena itu saya akan menjelaskan beberapa alasan tentang pengamalan dan penggunaan al-fatihah berbagai fungsi.

A.    Pengamalan dan penggunaan surat al-Fatihah Khusus dan Umum Shahih :

    DALIL-DALIL KHUSUS :
1. Surat Al-Fatihah sebagai Rukun Shalat
    Sebagaimana dalam hadits berikut :
عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ
dari 'Ubadah bin Ash Shamit, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, "Tidak ada salat bagi yang tidak membaca Faatihatul Kitab (Al-Fatihah)."(Shahih Bukhari : 756, kitab adzan)

2. Surat Al-Fatihah sebagai Rukyah
    Sebagaimana dalam hadits berikut :

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ نَزَلْنَا مَنْزِلًا فَأَتَتْنَا امْرَأَةٌ فَقَالَتْ إِنَّ سَيِّدَ الْحَيِّ سَلِيمٌ لُدِغَ فَهَلْ فِيكُمْ مِنْ رَاقٍ فَقَامَ مَعَهَا رَجُلٌ مِنَّا مَا كُنَّا نَظُنُّهُ يُحْسِنُ رُقْيَةً فَرَقَاهُ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ فَبَرَأَ فَأَعْطَوْهُ غَنَمًا وَسَقَوْنَا لَبَنًا فَقُلْنَا أَكُنْتَ تُحْسِنُ رُقْيَةً فَقَالَ مَا رَقَيْتُهُ إِلَّا بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ قَالَ فَقُلْتُ لَا تُحَرِّكُوهَا حَتَّى نَأْتِيَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَتَيْنَا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرْنَا ذَلِكَ لَهُ فَقَالَ مَا كَانَ يُدْرِيهِ أَنَّهَا رُقْيَةٌ اقْسِمُوا وَاضْرِبُوا لِي بِسَهْمٍ مَعَكُمْ و حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا وَهْبُ بْنُ جَرِيرٍ حَدَّثَنَا هِشَامٌ بِهَذَا الْإِسْنَادِ نَحْوَهُ غَيْرَ أَنَّهُ قَالَ فَقَامَ مَعَهَا رَجُلٌ مِنَّا مَا كُنَّا نَأْبِنُهُ بِرُقْيَةٍ
    dari Abu Sa'id Al Khudri dia berkata, Kami singgah pada suatu tempat, lalu datanglah seorang wanita kepada kami dan berkata, "Sesungguhnya pemimpin wilayah ini sedang sakit, maka apakah dari kalian ada seseorang yang bisa meruqyah?" Abu Sa'id berkata, "Maka berdirilah seorang laki-laki mengikuti wanita tersebut, padahal kami tidak mengira bahwa laki-laki tersebut pandai meruqyah. lalu ia meruqyahnya dengan surah Al-Fatihah hingga iapun sembuh. Lalu mereka memberi seekor kambing kepadanya dan memberi kami minuman susu." Maka kami bertanya kepadanya; Apakah kamu pandai meruqyah? Dia menjawab, Aku tidak meruqyahnya kecuali dengan surah Al-Fatihah. Abu Sa'id berkata, Aku lalu berkata, "Kalian jangan melakukan apapun (mengenai surah Al-Fatihah) sehingga kita datang kepada Rasulullah ﷺ, " lalu kami menemui Rasulullah ﷺ, kemudian aku menceritakan hal tersebut kepada beliau, maka beliau pun bersabda, "Tidakkah dia tahu bahwa itu adalah ruqyah, bagilah (hadiah itu) dan ikutkan aku dalam pembagian kalian." Dan telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Al Mutsanna, telah menceritakan kepada kami Wahb bin Jarir, telah menceritakan kepada kami Hisyam melalui jalur ini dengan Hadits yang serupa. Namun dia berkata dengan kalimat, 'lalu berdirilah salah seorang di antara kami mengikuti wanita itu, yang kami tidak mengiranya akan melakukan ruqyah.'(Shahih Muslim : 2201, kitab salam)

    DALIL-DALIL UMUM :
3. Surat Al-Fatihah Sebagai Tadabbur Makna Ayat-Ayatnya
    Tadabbur secara bahasa yaitu akhir sesuatu. Adapun tadabbur secara istilah yaitu kegiatan perenungan secara mendalam untuk mengetahui ujung atau kesudahan suatu perkara, termasuk dampak dan konsekuensinya. Sebagaimana berdasarkan surat an-nisa: 82, muhammad : 24, shaad : 29 
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ ۚ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا ﴿ ٨٢﴾
Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya. (An-Nisa [4]:82)

    Langkah-langkah tadabbur:
    1. Memahami makna-makna al-qur'an dan kandungan isinya
memahami makna-makna dalam al-qur'an bukan hanya bisa membaca lafadznya saja tetapi memahami maksud ayat tersebut.
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ ﴿ ٢﴾
 Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al-Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.(Yusuf [12]:2)

    2. Membaca al-qur'an dengan perlahan
Membaca al-qur'an dengan perlahan akan membantu dan mendorong orang untuk memahami dan merenungi isi kandungan al-qur'an

أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا ﴿ ٤﴾
 Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan.(al-Muzzammil [73] :4)
    3. Memperbagus suara ketika membaca al-qur'an
Suara merdu akan melembutkan hati, karena tabiat yang baik pasti akan senang dengan orang yang melantunkan bacaan al-qur'an dengan bacaan dan suara yang indah.
عَنْ أَبِي مُوسَى قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِأَبِي مُوسَى لَوْ رَأَيْتَنِي وَأَنَا أَسْتَمِعُ لِقِرَاءَتِكَ الْبَارِحَةَ لَقَدْ أُوتِيتَ مِزْمَارًا مِنْ مَزَامِيرِ آلِ دَاوُدَ
dari Abu Musa ia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda kepada Abu Musa, "Seandainya saja semalam kamu mengetahuiku sedang mendengarkan bacaanmu. Sungguh engkau telah diberi suara yang bagus sebagaimana yang telah diberikan kepada keluarga Daud."(Shahih Muslim : 793)
    4. Mengulang-ulang bacaan
Salahsatu hal yang membantu seseorang untuk merenungi makna al-qur'an dan merasakan keindahannya adalah dia berhenti pada ayat yang menggugahnya, lalu ia ulang-ulang dan tidak melewatinya begitu saja.
إِنَّ نَاشِئَةَ اللَّيْلِ هِيَ أَشَدُّ وَطْئًا وَأَقْوَمُ قِيلًا ﴿ ٦﴾
Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyu´) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.(al-Muzzammil [73]:6)
    5. Berdoa sesuai kandungan makna
Selain itu untuk menunjang seorang untuk merenungi makna al-qur'an yaitu dengan menghadirkan perasaan bahwa al-qur'an adalah firman Allah yang ditujunya. dia akan terpengaruhi di kehidupannya bbila ia bersama al-qur'an. Jika ia bertemu dengan ayat tentang surga ia memohon untuk surga, jika ia bertem ayat tentang petunjuk, ia memohon petunjuk.

    dari Hudzaifah ia berkata, Pada suatu malam, saya salat (Qiyamul Lail) bersama Rasulullah ﷺ, lalu beliau mulai membaca surah Al-Baqarah. Kemudian saya pun berkata (dalam hati bahwa beliau) akan rukuk pada ayat yang ke seratus. Kemudian (seratus ayat pun) berlalu, lalu saya berkata (dalam hati bahwa) beliau akan salat dengan (surat itu) dalam satu rakaat. Namun (surah Al-Baqarah pun) berlalu, maka saya berkata (dalam hati bahwa) beliau akan segera sujud. Ternyata beliau melanjutkan dengan mulai membaca surah An Nisa` hingga selesai membacanya. Kemudian beliau melanjutkan ke surah Ali 'Imran hingga selesai hingga beliau selesai membacanya. Bila beliau membaca ayat tasbih, beliau bertasbih dan bila beliau membaca ayat yang memerintahkan untuk memohon, beliau memohon, dan bila beliau membaca ayat ta'awwudz (ayat yang memerintahkan untuk memohon perlindungan) beliau memohon perlindungan.(Shahih Muslim : 772, kitab shalatul musafirin wa qasruha)

 B.   Pengamalan dan penggunaa surat al-fatihah yang salah :

1. Surat Al-Fatihah sebagai Mujarab doa dan sebagai doa
    Orang-orang yang menganggap surat al-fatihah sebagai mujarab doa dan pula sebagai doa berdalil dengan hadits di bawah ini :

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عِيسَى عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ
بَيْنَمَا جِبْرِيلُ قَاعِدٌ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَمِعَ نَقِيضًا مِنْ فَوْقِهِ فَرَفَعَ رَأْسَهُ فَقَالَ هَذَا بَابٌ مِنْ السَّمَاءِ فُتِحَ الْيَوْمَ لَمْ يُفْتَحْ قَطُّ إِلَّا الْيَوْمَ فَنَزَلَ مِنْهُ مَلَكٌ فَقَالَ هَذَا مَلَكٌ نَزَلَ إِلَى الْأَرْضِ لَمْ يَنْزِلْ قَطُّ إِلَّا الْيَوْمَ فَسَلَّمَ وَقَالَ أَبْشِرْ بِنُورَيْنِ أُوتِيتَهُمَا لَمْ يُؤْتَهُمَا نَبِيٌّ قَبْلَكَ فَاتِحَةُ الْكِتَابِ وَخَوَاتِيمُ سُورَةِ الْبَقَرَةِ لَنْ تَقْرَأَ بِحَرْفٍ مِنْهُمَا إِلَّا أُعْطِيتَهُ
    dari Ibnu Abbas ia berkata, Ketika malaikat Jibril sedang duduk di samping Nabi ﷺ tiba-tiba ia mendengar suara pintu dibuka dari arah atas kepalanya. Lalu malaikat Jibril berkata, "Itu adalah suara salah satu pintu langit yang dibuka, sebelumnya ia belum pernah dibuka sama sekali kecuali pada hari ini." Lalu keluarlah daripadanya malaikat. Jibril berkata, "Ini adalah malaikat yang hendak turun ke bumi, sebelumnya ia belum pernah turun ke bumi sama sekali kecuali pada hari ini saja." Lalu ia memberi salam dan berkata, "Bergembiralah atas dua cahaya yang diberikan kepadamu dan belum pernah diberikan kepada seorang Nabipun sebelummu, yaitu pembuka Al Kitab (surah Al-Fatihah) dan penutup surah Al-Baqarah. Tidaklah kamu membaca satu huruf dari kedua surat itu kecuali pasti akan diberikan kepadamu."(Shahih Muslim 806)

Makna hadits :
1. Dua cahaya yaitu dua hal yang agung, menyinari, menjadi jelas mengndung kosakata iman, islm dan ihsan, yang dua cahaya itu bila dibacakan ia akan mendapatkannya.
2. Amalan yang terkandung dalam hadis ini adalah membaca al-fatihah dan 2 ayat terakhir al-baqarah akan mendapatkan pahala dan bila berdoa dengan doa yang terkandung di dalamnya maka ia akan diberikan
3. Pahala membaca taurat dan injil tidak seperti pahala membaca surat al-fatihah dan akhir al-baqarah 
4. Doa dalam taurat dan injil tidak belum pernah ada kandungannya seperti doa yang terkandung dalam al-fatihah dan akhir surat al-baqarah
5. Kelebihan antara surat dalam al-qur'an hanya pada makna-makna kata saja bukan sifatnya
6. Al-fatihah  disebut qur'an adzim karena mengandung tauhid, ibadah, pelajaran, peringatan, dan tidak mengenyampingkan kekuasaan Allah.
(Intisari dari kitab Bahrul Muhith Tsujaj Fii Syarhi Shahihil Imam Muslim bin Hujaj :16/363-374)

Adapun orang yang memaknai hadits ini bila membaca al-fatihah maka doanya akan cepat dikabul merupakan kesalahan arti dan tidak disebutkan harus membaca al-fatihah ketika mau berdoa. Tetapi yang benar yaitu berdoa dengan yang ada dalam surat al-fatihah itu yaitu "ihdina shiratal mustaqim"

Pertanyaannya : bila al-fatihah ini maksudnya adalah amalan pemakbul doa, lalu kenapa rasulullah tidak pernah membaca al-fatihah terlebih dahulu atau setelahnya?
2. Surat Al-Fatihah sebagai Tawasul amaliyah
Pengertian membaca surat al-fatihah sebagai tawasul ada beberapa model dan maksud, sebagai berikut :
    a. Tawassul Membaca surat al-fatihah untuk kiriman ke mayyit
Hal ini bertentangan dengan al-qur'an, sebagaimana surat an-Najm ayat 38-39 : 
أَلَّا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَىٰ ﴿ ٣٨﴾ وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَىٰ ﴿ ٣٩﴾
    Artinya :
(yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain,(38) dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya,(39).

Selain itu tidak ada dalil yang shahih dan sharih tentang mengirim bacaan al-Qur'an.
Karen ibadah badaniyah tidak bisa diwakilkan apalagi orang yang meninggal tidak bisa berniat lagi.
    b. Tawassul Membaca surat al-fatihah dengan maksud spontan atau disuruh
Coba perhatikan hadits di bawah ini :
أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ انْطَلَقَ ثَلَاثَةُ رَهْطٍ مِمَّنْ كَانَ قَبْلَكُمْ حَتَّى أَوَوْا الْمَبِيتَ إِلَى غَارٍ فَدَخَلُوهُ فَانْحَدَرَتْ صَخْرَةٌ مِنْ الْجَبَلِ فَسَدَّتْ عَلَيْهِمْ الْغَارَ فَقَالُوا إِنَّهُ لَا يُنْجِيكُمْ مِنْ هَذِهِ الصَّخْرَةِ إِلَّا أَنْ تَدْعُوا اللَّهَ بِصَالِحِ أَعْمَالِكُمْ فَقَالَ رَجُلٌ مِنْهُمْ اللَّهُمَّ كَانَ لِي أَبَوَانِ شَيْخَانِ كَبِيرَانِ وَكُنْتُ لَا أَغْبِقُ قَبْلَهُمَا أَهْلًا وَلَا مَالًا فَنَأَى بِي فِي طَلَبِ شَيْءٍ يَوْمًا فَلَمْ أُرِحْ عَلَيْهِمَا حَتَّى نَامَا فَحَلَبْتُ لَهُمَا غَبُوقَهُمَا فَوَجَدْتُهُمَا نَائِمَيْنِ وَكَرِهْتُ أَنْ أَغْبِقَ قَبْلَهُمَا أَهْلًا أَوْ مَالًا فَلَبِثْتُ وَالْقَدَحُ عَلَى يَدَيَّ أَنْتَظِرُ اسْتِيقَاظَهُمَا حَتَّى بَرَقَ الْفَجْرُ فَاسْتَيْقَظَا فَشَرِبَا غَبُوقَهُمَا اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتُ فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَفَرِّجْ عَنَّا مَا نَحْنُ فِيهِ مِنْ هَذِهِ الصَّخْرَةِ فَانْفَرَجَتْ شَيْئًا لَا يَسْتَطِيعُونَ الْخُرُوجَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ الْآخَرُ اللَّهُمَّ كَانَتْ لِي بِنْتُ عَمٍّ كَانَتْ أَحَبَّ النَّاسِ إِلَيَّ فَأَرَدْتُهَا عَنْ نَفْسِهَا فَامْتَنَعَتْ مِنِّي حَتَّى أَلَمَّتْ بِهَا سَنَةٌ مِنْ السِّنِينَ فَجَاءَتْنِي فَأَعْطَيْتُهَا عِشْرِينَ وَمِائَةَ دِينَارٍ عَلَى أَنْ تُخَلِّيَ بَيْنِي وَبَيْنَ نَفْسِهَا فَفَعَلَتْ حَتَّى إِذَا قَدَرْتُ عَلَيْهَا قَالَتْ لَا أُحِلُّ لَكَ أَنْ تَفُضَّ الْخَاتَمَ إِلَّا بِحَقِّهِ فَتَحَرَّجْتُ مِنْ الْوُقُوعِ عَلَيْهَا فَانْصَرَفْتُ عَنْهَا وَهِيَ أَحَبُّ النَّاسِ إِلَيَّ وَتَرَكْتُ الذَّهَبَ الَّذِي أَعْطَيْتُهَا اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتُ فَعَلْتُ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَافْرُجْ عَنَّا مَا نَحْنُ فِيهِ فَانْفَرَجَتْ الصَّخْرَةُ غَيْرَ أَنَّهُمْ لَا يَسْتَطِيعُونَ الْخُرُوجَ مِنْهَا قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ الثَّالِثُ اللَّهُمَّ إِنِّي اسْتَأْجَرْتُ أُجَرَاءَ فَأَعْطَيْتُهُمْ أَجْرَهُمْ غَيْرَ رَجُلٍ وَاحِدٍ تَرَكَ الَّذِي لَهُ وَذَهَبَ فَثَمَّرْتُ أَجْرَهُ حَتَّى كَثُرَتْ مِنْهُ الْأَمْوَالُ فَجَاءَنِي بَعْدَ حِينٍ فَقَالَ يَا عَبْدَ اللَّهِ أَدِّ إِلَيَّ أَجْرِي فَقُلْتُ لَهُ كُلُّ مَا تَرَى مِنْ أَجْرِكَ مِنْ الْإِبِلِ وَالْبَقَرِ وَالْغَنَمِ وَالرَّقِيقِ فَقَالَ يَا عَبْدَ اللَّهِ لَا تَسْتَهْزِئُ بِي فَقُلْتُ إِنِّي لَا أَسْتَهْزِئُ بِكَ فَأَخَذَهُ كُلَّهُ فَاسْتَاقَهُ فَلَمْ يَتْرُكْ مِنْهُ شَيْئًا اللَّهُمَّ فَإِنْ كُنْتُ فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَافْرُجْ عَنَّا مَا نَحْنُ فِيهِ فَانْفَرَجَتْ الصَّخْرَةُ فَخَرَجُوا يَمْشُونَ
    bahwa 'Abdullah bin 'Umar radhiallahu'anhuma berkata, Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, "Ada tiga orang dari kalangan orang sebelum kalian yang sedang bepergian hingga ketika mereka singgah dalam gua lalu mereka memasuki gua tersebut hingga akhirnya ada sebuah batu yang jatuh dari gunung hingga metutupi gua. Mereka berkata, Tidak akan ada yang dapat menyelamatkan kalian dari batu ini kecuali bila kalian berdoa meminta kepada Allah dengan perantaraan kebaikan amal kalian. Maka seorang diantara mereka berkata, "Ya Allah, aku memiliki kedua orang tua yang sudah renta. Dan aku tidaklah pernah memberi minum susu keluargaku pada akhir siang sebelum keduanya. Suatu hari aku keluar untuk mencari sesuatu dan aku tidak beristirahat mencarinya hingga keduanya tertidur, aku pulang namun aku dapati keduanya sudah tertidur dan aku tidak mau mendahului keduanya meminum susu untuk keluargaku. Maka kemudian aku terlena sejenak dengan bersandar kepada kedua tanganku sambil aku menunggu keduanya bangun sampai fajar terbit, lalu keduanya terbangun dan meminum susu jatah akhir siangnya. Ya Allah seandainya aku kerjakan itu semata mencari ridha-Mu, maka bukakanlah celah batu ini. Maka batu itu sedikit bergeser namun mereka belum dapat keluar. Nabi ﷺ berkata, Kemudian berkata, yang lain, "Ya Allah, bersamaku ada putri pamanku yang menjadi orang yang paling mencintaiku. Suatu hari aku menginginkannya namun dia menolak aku. Kemudian berlalu masa beberapa tahun hingga kemudian dia datang kepadaku lalu aku berikan dia seratus dua puluh dinar agar aku dan dia bersenang-senang lalu dia setuju hiingga ketika aku sudah menguasainya dia berkata, tidak dihalalkan bagimu merusak keperawanan kecuali dengan cara yang haq. Maka aku selamat dari kejadian itu. Lalu aku pergi meninggalkannya padahal dia wanita yang paling aku cintai dan aku tinggalkan pula emas perhiasan yang aku berikan kepadanya. Ya Allah seandainya apa yang aku kerjakan itu semata mencari ridha-Mu, maka bukakanlah celah pintu gua ini dimana kami terjebak di dalamnya. Maka terbukalah sedikit batu itu namun mereka tetap belum bisa keluar. Bersabda Nabi ﷺ: Kemudian orang yang ketiga berkata, Ya Allah aku pernah memperkerjakan orang-orang lalu aku memberi upah mereka kecuali satu orang dari mereka yang meninggalkan haknya lalu dia pergi. Kemudian upah orang tersebut aku kembangkan hingga beberapa waktu kemudian ketika sudah banyak harta dari hasil yang aku kembangkan tersebut orang itu datang kepadaku lalu berkata, "Wahai 'Abdullah, berikanlah hak upah saya!" Lalu aku katakan kepadanya; Itulah semua apa yang kamu lihat adalah upahmu berupa unta, sapi, kambing dan pengembalanya." Dia berkata, "Wahai 'Abdullah, kamu jangan mengolok-olok aku!" Aku katakan: Aku tidak mengolok-olok!" Maka orang itu mengambil seluruhnya dan tidak ada yang disisakan sedikitpun. Ya Allah seandainya apa yang aku kerjakan itu semata mencari ridha-Mu, maka bukakanlah celah batu gua yang kami terjebak di dalamnya." Maka batu itu terbuka akhirnya mereka dapat keluar dan pergi".(Shahih Bukhari : 2272)
Di atas disebutkan tiga contoh tawassul dengan amal shaleh, sebagai berikut :
1. Menyebut kisahnya yang Mengutamakan orangtua dalam sedekah dengan sabar dan ikhlas
2. Menyebut kisahnya yang Memberi Emas dan menghindari zina yang hampir terjadi dengan sabar dan ikhlas
3. Menyebut kisahnya yang mengembangkan hak gaji pekerjanya yang tertunda menjadi harta yang banyak dan mengembalikannya tanpa sepeserpun ia ambil dengan sabar dan ikhlas

jadi syarat untuk bertawassul dengan benar yaitu :
    1. Dengan menyebut amalan shaleh terbaik yang pernah dilakukan,
     bukan secara spontan beramal dulu.
    2. Ikhlas karena Allah.

Sebagaimana Allah menceritakan doa orang yang bertawassul dengan amal shaleh yang pernah ia lakukan, sebagai berikut :
رَبَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُنَادِي لِلْإِيمَانِ أَنْ آمِنُوا بِرَبِّكُمْ فَآمَنَّا ۚ رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ الْأَبْرَارِ ﴿ ١٩٣﴾
Artinya :
 Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): "Berimanlah kamu kepada Tuhanmu", maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbakti.(Q.S Ali Imran : 192)

Di atas disebutkan bahwa amalan yang sebelumnya ia lakukan yaitu menjawab seruan penyeru kepada iman, maka ia beriman yang tidak mudah bagi orang untuk melakukan itu. Oleh karen itu membaca surat al-fatihah spontan tanpa dibareng niat ikhlas tetapi dikomando oleh pemimpinya maka ini bukan amalan terbaik yang sebagai syarat dari tawassul ini.

3. Surat Al-Fatihah sebagai kiriman pahala amalan ke mayyit
  Lanjutan dari sebelumnya

أَلَّا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَىٰ ﴿ ٣٨﴾ وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَىٰ ﴿ ٣٩﴾
    Artinya :
(yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain,(38) dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya,(39).

Kalau ada pengiriman pahala dengan bacaan al-qur'an maka akan ada pula pengiriman dosa ketika berbuat dosa jika berpatokan atau berpedoman dengan logika, padahal kita diperintah oleh Allah SWT. untuk berpedoman kepada al-Qur'an dan As-Sunnah dalam hal aqidah dan ibadah karena akal tidak dapat dicerna. Sebagaimana Allah berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا ﴿ ٥٩﴾
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.(Q.S An-Nisa : 59)

Karena kewajiban seorang muslim yaitu berpedoman kepada kitabullah dan sunnah muhammad saw. dengan menaati perintahnya dan menjauhi larangannya. Dan ada juga larangannya yaitu  :
قَالَ أَخْبَرَتْنِي عَائِشَةُ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
    Aisyah, telah mengabarkan kepadaku bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, "Barang siapa mengamalkan suatu perkara yang tidak kami perintahkan, maka ia tertolak."(Shahih Muslim:1718, kitab al-aqdhiyah)

Artinya ia tidak akan diterima amalnya dan akan dipertanggungjawabkan atas apa yang ia lakukan dengan mengada-ngada atas nama Allah.

4. Surat Al-Fatihah sebagai tabarruk
    Sebelum menjelaskan mengenai tabarruk maka saya akan menjelaskan mengenai barakah/berkah secara istilah yaitu kebaikan yang bertambah dan terus lanjut. Sedangkan Tabarruk yaitu mengambil berkah pada sesuatu.
    Tabarruk hanya diperbolehkan kepada yang Allah bolehkan contohnya seperti :
1. Mengambil sebagian tubuh Nabi
2. Menikmati hujan
3. Mengambil sesuatu yang bermanfaat secara syariat dan akal sehat

Adapun yang tidak ada dalilnya maka tidak bisa dijadikan sebagai sumber berkah.

وَهَٰذَا كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ مُصَدِّقُ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَلِتُنْذِرَ أُمَّ الْقُرَىٰ وَمَنْ حَوْلَهَا ۚ وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ يُؤْمِنُونَ بِهِ ۖ وَهُمْ عَلَىٰ صَلَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ ﴿ ٩٢﴾
[6:92] Dan ini (Al Quran) adalah kitab yang telah Kami turunkan yang diberkahi; membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Mekah) dan orang-orang yang di luar lingkungannya. Orang-orang yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat tentu beriman kepadanya (Al Quran) dan mereka selalu memelihara sembahyangnya.(Al-An'am : 92)

Di atas ini disebutkan bahwa al-Qur'an memiliki keberkahan, adapun keberkahannya tidak disemua sisi hanya disisi yang disebutkan yaitu 
    1. Membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya
    2. Sebagai peringatan untuk penduduk mekah dan luar lingkungannya
    3. Berkah bagi yang beriman kepada kitab itu agar selalu memelihara ibadah kepadaNya

Kemudian di ayat lain disebutkan
    
كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ ﴿ ٢٩﴾
"Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran."(Shaad : 29)

Disebutkan juga keberkahan lainnya yaitu :
1. Menjadi pelajaran bagi orang-orang yang berfikir
2. Bila ditadabburi al-qur'an itu

Sedangkan peringatan untuk yang mengingkarinya ia tidak akan mendapatkan keberkahannya, sebagai mana firman Allah SWT :
وَهَٰذَا ذِكْرٌ مُبَارَكٌ أَنْزَلْنَاهُ ۚ أَفَأَنْتُمْ لَهُ مُنْكِرُونَ ﴿ ٥٠﴾
Dan Al Quran ini adalah suatu kitab (peringatan) yang mempunyai berkah yang telah Kami turunkan. Maka mengapakah kamu mengingkarinya?(Al-Anbiya : 50)

    Adapun membaca al-fatihah dengan menyebut kedudukan surat tersebut dengan menyebut "bibarokatil ummil qur'an, alfatihah..." maka tidak ada dalil atas hal tersebut. karena tawassul dengan hanya menyebut kedudukannya tidak akan sama sekali membuat doanya itu makbul. Karena tawassul yang diperbolehkan cuma 3 kategori yaitu :
    1.Tawassul dengan amal shaleh terbaik dan ikhlas
    2. Tawassul dengan asma wa shifat Allah
    3. Tawassul dengan orang yang shaleh yang masih hidup

Sedangkan tawassul jenis lain adalah batil dan tidak dapat dipertanggung jawabkan.

5. Al Fatihah sebagai Pemenuhan hajat

‘Allaamah Muhammad Al-Amir Al-Kabiir Al-Maalikiy (w. 1228 H) berkata:


الفاتحة ِلا قرئت له
ال وجود لهذا الحديث وال يعرف وإنما الوارد فيها وفضل شهر رمضان على سائر الشهور
كفضل هللا على سائر العبادكذب موضوع


“Hadis: ‘Al-Fatihah itu bisa dibaca untuk apa saja’ tidak ada sumber asalnya untuk hadis ini
dan tidak dikenal, yang ada tentangnya tiada lain: ‘Keutamaan bulan Ramadhan atas seluruh
bulan seperti keutamaan Allah atas seluruh hamba’ hadis ini adalah dusta maudhu’ (palsu)”
(An-Nukhbah Al-Bahiyyah fii Al-Ahaadits Al-Makdzuubah ‘Ala Khairil Bariyyah, hlm. 11-12)(1)

الفاتحة ِلا قرئت له
"Al-Fatihah itu bisa dibaca untuk apa saja"

Hadist tersebut adalah palsu
Wallahu a'lam bishowaab

Semoga bermanfaat....
(1) Makalah Kajian Berkala Pesantren Ibnu Hajar. “DZIKIR DENGAN SURAT AL-FATIHAH SEBAGAI HADIAH” pada Kamis, 23 Shafar 1443 H / 30 September 2021 M. Diakses pada 27 Juli 2023 21:54 WIB.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar