Kamis, 23 Februari 2023

Kumpulan Hadits Dzikir Pagi dan Sore Lengkap




Di waktu yang telah berkembang pesat ini dan dakwah telah tersebar, hadits-hadits dan para penceramah telah memberi pengetahuannya terhadap ilmu ibadah, ilmu dzikir, dan ilmu berdoa kepada Allah akan tetapi diantaranya masih ada kesalahan diantara masyarakat dalam mengamalkannya khususnya dzikir pagi dan pentang. Disini penulis ingin membahas mengenai dzikir yang shahih dan sarih dan bantahan untuk orang yang menyatakan dzikir pagi yang keliru.

Dzikir

ذكر - يذكر - ذكرا - ذاكر - مذكور -أُذْكرْ ؛تذكرة؛ ذكرى؛ذَكَرٌ

Kata dzikir terdiri dari tiga huruf yaitu ذ-ك-ر , jika dibaca dzakara - yadzkuru - udzkur(fiil - kata kerja), atau dibaca dzikrun - Dzikran (mashdar) artinya menyebut, sebutlah, mengingat, ingatlah, peringatan, menjelaskan, jelaskanlah, penjelasan, menceritakan, mengambil pelajaran, menghina, mengagumi, ingin memiliki. Arti- arti itu disesuaikan dengan susunan kalimat sebelum dan sesudahnya atau qorinah (yaitu kata yang memalingkan arti)

Dzikir dengan hati atau fikiran adalah saat mengingat pesan-pesan Allah dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Sedangkan Dzikir dengan lisan adalah menyebut nama-Nya. Masing-masing Dzikir tersebut ada dua macam lagi; Dzikir (ingat) karena lupa dan dzikir (ingat bukan karena lupa tetapi melupakan.

Yang berasal dari kata Addzikru di dalam Alquran terdapat 275 kata dengan berbagai makna. Selanjutnya Dzikir kepada Allah disebut Dzikrullah. Dzikir disebutkan dalam banyak ayat dalam Al-qur'an seperti Alhijr[15]:9; Al-anbiya[21] : 10,24,60 ; Yusuf[12] :42;Al-fajr[89]: 23; dan lain-lain.

Dzikir Tidak Boleh Dikhususkan dengan Bacaan, Waktu dan Bilangan Tertentu Tanpa Dalil Allah Swt berfirman:

“Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” QS. Al-A’raf: 205

 Imam Ibnu Katsir berkata: Allah Swt. memerintahkan hamba-hamba-Nya agar dzikir menyebut asma-Nya pada permulaan siang dan pada penghujung harinya, sebagaimana Dia memerintahkan agar melakukan ibadah kepada-Nya pada kedua waktu tersebut. 

Hal ini Dia ungkapkan melalui firman-Nya:“dan bertasbihlah sambil memuji Tuhanmu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenam(nya).” (QS. Qaf: 39) .

Hal ini terjadi sebelum salat lima waktu difardukan pada malam Isra, dan ayat ini termasuk Makkiyyah (turun periode Mekah). Makna yang dimaksud ayat ini ialah anjuran untuk melakukan banyak zikir bagi hamba-hamba Allah di waktu pagi dan petang hari agar mereka tidak termasuk golongan orang-orang yang lalai. Karena itulah Allah Swt. memuji para malaikat yang selalu bertasbih sepanjang malam dan siang hari tanpa hentinya. Hal ini diungkapkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:

“Sesungguhnya malaikat-malaikat yang ada di sisi Tuhanmu tidaklah merasa enggan menyembah Allah.” (Al-A'raf: 206), hingga akhir ayat. Sesungguhnya para malaikat disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat ini hanyalah agar mereka dijadikan panutan dalam hal ketaatan dan ibadahnya. (Tafsir Ibnu Katsir, III: 538-539)

Dari Abu Ad-Darda`, ia berkata, ‘Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, ‘Maukah aku beritahukan kepada kalian mengenai amalan kalian yang terbaik, dan yang paling suci di sisi Raja (Allah) kalian, paling tinggi derajatnya, serta lebih baik bagi kalian daripada menginfakkan emas dan perak, serta lebih baik bagi kalian daripada bertemu dengan musuh kemudian kalian memenggel leher mereka dan mereka memenggal leher kalian?’ Mereka berkata, ‘Ya.’ Beliau bersabda, ‘Berdzikir kepada Allah Ta'ala’." HR. At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi, V: 389, No. 3377 

Berzikir kepada Allah dengan lisan dan perbuatan. Dzikir lisan seperti membaca al-Qur’an, bertasbih, bertahmid, bertakbir, bertahlil. Sementara Dzikir perbuatan dengan menaati segala protokol syariat Allah, baik perintah maupun larangan. 

Saat Dzikir tidak dibatasi oleh syariat baik waktu, lafal maupun bilangannya, tentu kita tak boleh membatasi keumumannya. Sementara ketika syariat telah membatasinya, maka kita tak boleh menambah atau menguranginya. Dengan demikian, Dzikir akan bermanfaat sebagai penawar jiwa yang paling utama di saat kita taat pada protocol syariat.

Pengertian Dzikir Waktu Pagi dan Petang

Kategori Hadis Waktu Pagi dan Petang dengan Bacaan Tertentu

KUMPULAN HADITS DZIKIR PAGI & PETANG

A. Pendahuluan

Dzikir pagi dan petang merupakan ibadah yang dianjurkan oleh syariah yang bisa dilakukan secara rutin. Akan tetapi seiring dengan populernya amalan ini banyak orang yang menambah-nambah dan mengurang-ngurangi jumlah dan cara beribadah tersebut. Hal ini adalah dilarang karena sudah tidak sesuai syariat. Sama seperti orang yang diberi resep obat oleh dokter tetapi ia malah menguranginya atau menambahinya tanpa dasar ilmu. Hal tersebut bisa membuatnya overdosis atau kekurangan dosis yang akhirnya bukannya malah sembuh tetapi malah lebih parah dari apa yang dideritanya. Hal tersebut sama dengan agama ada perkataa “tidak boleh berlebihan dalam agama” ia adalh betul bila dimaknai menambah syariat-syarita baru karena ia sudah keluar dari jalur yang ditentukan tanpa dasar ilmu bahkan sok tahu terhadap agama dan berdusta atas Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam. Oleh karena itu penulis ingin memaparkan mengenai hadits-hadits dzikir pagi dan petang yang shahih dan sharih. Kenapa sharih ? Karena shahih saja belum tentu sharih. Shahih berarti benar, sedangkan sharih tegas atau tepat. Artinya haditsnya benar dan penempatan haditsnya tepat dan tegas menunjukkan amalan dzikir pagi dan petang dan bukan dzikir khusus waktu lain apalagi hadits umum yang malah digunakan untuk khusus.


B. Hadits Shahih Dan Sharih

1. 1.Al-Ikhlas 3x, Al-falaq 3x, An-nas 3x :

عَنْ مُعَاذِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ خُبَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ أَنَّهُ قَالَ خَرَجْنَا فِي لَيْلَةِ مَطَرٍ وَظُلْمَةٍ شَدِيدَةٍ نَطْلُبُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِيُصَلِّيَ لَنَا فَأَدْرَكْنَاهُ فَقَالَ أَصَلَّيْتُمْ فَلَمْ أَقُلْ شَيْئًا فَقَالَ قُلْ فَلَمْ أَقُلْ شَيْئًا ثُمَّ قَالَ قُلْ فَلَمْ أَقُلْ شَيْئًا ثُمَّ قَالَ قُلْ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا أَقُولُ قَالَ قُلْ قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ حِينَ تُمْسِي وَحِينَ تُصْبِحُ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ تَكْفِيكَ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ


dari Mu'adz bin Abdillah bin Khubaib dari bapaknya, ia berkata, "Pada malam hujan lagi gelap gulita, kami keluar mencari Rasulullah untuk salat bersama kami, lalu kami menemukannya, beliau bersabda, "Apakah kalian telah menunaikan salat?" Belum sempat kujawab pertanyaan belau, langsung beliau bersabda, "Katakanlah", namun sedikitpun aku tidak berkata-kata, beliau bersabda, "Katakanlah", namun sedikitpun aku tidak berkata-kata, kemudian beliau bersabda, "Katakanlah", hingga aku berkata, "Wahai Rasulullah, apa yang harus aku katakan?, Rasulullah bersabda, "Katakanlah, QUL HUWALLAAHU AHAD (surah Al-Ikhlas), QUL A'UUDZU BIRABBIL FALAQ (surah Al-Falaq) dan QUL A'UUDZU BIRABBINNAAS (surah An- Naas) tiga kali pada waktu sore dan pagi hari, maka dengan surah-surah ini akan mencukupimu (menjagamu) dari segala keburukan."(HR.Abu Daud 5082)

Keterangan :

1.Qul huwaallahu disini adalah sebutan untuk surat al-ikhlas

2. Mu’awwidzatain berarti surat al-falaq dan an-nas

3. Bacaan diatas merupakan doa karena dalam surat tersebut isinya doa.

4. Cara mengamalkannnya di pagi hari membaca al-ikhlas 3 kali, al-falaq 3 kali, dan an-nas 3 kali maka akan menjagamu dari segala keburukan , serta di baca di sore hari

5. pagi hari artinya sesudah subuh hingga siang dzuhur. Sedangkan sore hari artinya dari setelah ashar hingga malam hari.


Lafadz:

أَعُوْذُ باللَّهِ مِنَ الشَّيطَانِ الرَاجِيْمِ

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ ﴿ ﴾

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ﴿ ١﴾اللَّهُ الصَّمَدُ ﴿ ٢﴾لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿ ٣﴾وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ ﴿ ٤﴾(3x)

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ﴿ ﴾

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ ﴿ ١﴾مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ ﴿ ٢﴾وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ ﴿ ٣﴾وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ ﴿ ٤﴾وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ ﴿ ٥﴾(3x)
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ﴿ ﴾

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاس ﴿ ١﴾مَلِكِ النَّاسِ ﴿ ٢﴾إِلَٰهِ النَّاسِ ﴿ ٣﴾مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ ﴿ ٤﴾الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ ﴿ ٥﴾مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ ﴿ ٦﴾(3x)1


2. Memohon kebaikan pada hari itu dan berlindung dari keburukannya

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَمْسَى قَالَ أَمْسَيْنَا وَأَمْسَى الْمُلْكُ لِلَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ قَالَ الْحَسَنُ فَحَدَّثَنِي الزُّبَيْدُ أَنَّهُ حَفِظَ عَنْ إِبْرَاهِيمَ فِي هَذَا لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ اللَّهُمَّ أَسْأَلُكَ خَيْرَ هَذِهِ اللَّيْلَةِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ هَذِهِ اللَّيْلَةِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهَا اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْكَسَلِ وَسُوءِ الْكِبَرِ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابٍ فِي النَّارِ وَعَذَابٍ فِي الْقَبْرِ


dari 'Abdullah bin Mas'ud dia berkata, Apabila sore hari, Rasulullah mengucapkan doa yang berbunyi: 'AMSAINAA WA AMSAL MULKU LILLAAH, WALHAMDU LILLAAHI, LAA-ILAAHA ILLALLAAH WAHDAHUU LAA SYARIIKA LAHU "Kami memasuki sore hari dan pada sore ini jagad raya tetap milik Allah. Segala puji bagi Allah tiada Tuhan selain Allah, Dialah yang Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Al Hasan berkata, maka telah menceritakan kepada kami Zubaid bahwasanya ia menghafal dari Ibrahim mengenai doa ini, 'LAHUL MULKU WALAHUL HAMDU WAHUWA 'ALAA KULLI SYAI'IN QODIIR, ALLOOHUMMA AS"ALUKA KHOIRO HAADZHILLAILATI AWA A'UUDZU BIKA MIN SYARRI HAADZIHILLAILATI WA SYARRI MAA BA'DAHAA, ALLOOHUMMA INNII A'UUDZU BIKA MINAL KASALI WA SUU'IL KIBARI, ALLOOHUMMA INNII A'UUDZU BIKA MIN 'ADZAABIN FIN NAARI WA'ADZAABIN FIL QOBRI "Bagi-Nyalah semua kekuasaan dan pujian, dan Dialah yang berkuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, aku mohon kepada-Mu dari kebaikan malam ini. Dan aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang ada pada malam ini dan kejahatan sesudahnya. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kemalasan, kesengsaraan di masa tua. Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari azab neraka dan azab di dalam kubur. (Shahih Muslim 2723)

Keterangan :

1. Dibaca Pagi dan Sore hari

2. Berisi doa meminta kebaikan dan berlindung dari keburukan di hari itu

3. Lafadz “ALLOOHUMMA AS"ALUKA KHOIRO HAADZHILLAILATI AWA A'UUDZU BIKA MIN SYARRI HAADZIHILLAILATI WA SYARRI MAA BA'DAHAA” tidak perlu diubah menjadi “HAADZAL YAUM” karena di pagi hari pun tidak mengubah makna karena ada kata “WA SYARRI MAA BA'DAHAA” yang artinya dan kejahatana sesudahnya yaitu pada pagi dan siang harinya.

Lafadz :

Pagi hari :

أَصْبَحْنَا وَأَصْبَحَ الْمُلْكُ لِلَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ رَبِّ أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا فِي هَذِهِ اللَّيْلَةِ وَخَيْرَ مَا بَعْدَهَا وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِي هَذِهِ اللَّيْلَةِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهَا رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْكَسَلِ وَسُوءِ الْكِبَرِ رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابٍ فِي النَّارِ وَعَذَابٍ فِي الْقَبْرِ.

Sore hari :

أَمْسَيْنَا وَأَمْسَى الْمُلْكُ لِلَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ رَبِّ أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا فِي هَذِهِ اللَّيْلَةِ وَخَيْرَ مَا

بَعْدَهَا وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِي هَذِهِ اللَّيْلَةِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهَا رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْكَسَلِ وَسُوءِ الْكِبَرِ رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابٍ فِي النَّارِ وَعَذَابٍ فِي الْقَبْرِ.

3. Pernyataan pasrah hidup dan mati hanya kepada Allah semata

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعَلِّمُ أَصْحَابَهُ يَقُولُ إِذَا أَصْبَحَ أَحَدُكُمْ فَلْيَقُلْ اللَّهُمَّ بِكَ أَصْبَحْنَا وَبِكَ أَمْسَيْنَا وَبِكَ نَحْيَا وَبِكَ نَمُوتُ وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ وَإِذَا أَمْسَى فَلْيَقُلْ اللَّهُمَّ بِكَ أَمْسَيْنَا وَبِكَ أَصْبَحْنَا وَبِكَ نَحْيَا وَبِكَ نَمُوتُ وَإِلَيْكَ النُّشُورُ
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ


dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah mengajari para sahabatnya, beliau berkata, 'Apabila salah seorang di antara kalian berada pada pagi hari maka hendaknya mengucapkan; ALLAAHUMMA BIKA ASHBAHNAA WA BIKA AMSAINAA WA BIKA NAHYAA WA BIKA NAMUUTU WA ILAIKAL MASHIR. (Yang Allah dengan pertolongan-Mu kami berada di pagi hari, dan dengan pertolongan-Mu kami berada di sore hari, dan dengan kehendak-Mu kami hidup serta mati, dan kepada-Mu tempat kembali). Dan jika berada di sore hari maka ucapakanlah; ALLAAHUMMA BIKA AMSAINAA WA BIKA ASHBAHNAA WA BIKA NAHYAA WA BIKA NAMUUTU WA ILAIKAN NUSYUUR.' (Yang Allah dengan pertolongan-Mu kami berada di sore hari, dan dengan pertolongan-Mu kami berada di pagi hari, dan dengan kehendak-Mu kami hidup serta mati, dan kepada-Mu kami dibangkitkan). Abu Isa berkata, hadits ini adalah hadits hasan.(HR.Tirmidzi 3391)

Keterangan :

1. Dibaca ketika pagi hari dan sore hari

2. Memiliki banyak riwayat lain tentang lafadz serupa.

3. Tidak boleh mengubah cara selain yang ada di riwayat yang shahih

Lafadz :

Pagi Hari :(1)

اللَّهُمَّ بِكَ أَصْبَحْنَا وَبِكَ أَمْسَيْنَا وَبِكَ نَحْيَا وَبِكَ نَمُوتُ وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ

Sore Hari :(1)

اللَّهُمَّ بِكَ أَمْسَيْنَا وَبِكَ أَصْبَحْنَا وَبِكَ نَحْيَا وَبِكَ نَمُوتُ وَإِلَيْكَ النُّشُورُ


4. Persaksian sebagai seorang muslim yang lurus di atas fitrah

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبْزَى عَنْ أَبِيهِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ إِذَا أَصْبَحَ وَإِذَا أَمْسَى أَصْبَحْنَا عَلَى فِطْرَةِ الْإِسْلَامِ وَعَلَى كَلِمَةِ الْإِخْلَاصِ وَعَلَى دِينِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى مِلَّةِ أَبِينَا إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنْ الْمُشْرِكِينَ


dari Abdullah bin Abdurrahman bin Abza dari Bapaknya Nabi jika masuk waktu pagi atau masuk waktu sore memanjatkan doa "Di waktu pagi kami memegang teguh agama Islam, di atas kalimat ikhlas, agama Nabi kita Muhammad dan agama bapak kami Ibrahim, di atas jalan yang lurus, dan tidak tergolong orang-orang musrik."(HR. Ahmad 14821)

Keterangan hadits :

1. Di baca di waktu pagi dan petang

2. Tidak ada riwayat menyebutkan perubahan kata "Ashbahnaa" menjadi "Amsainaa" di sore harinya.

5. Membaca Sayyidul Istighfar

عَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ سَيِّدُ الِاسْتِغْفَارِ اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ إِذَا قَالَ حِينَ يُمْسِي فَمَاتَ دَخَلَ الْجَنَّةَ أَوْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ وَإِذَا قَالَ حِينَ يُصْبِحُ فَمَاتَ مِنْ يَوْمِهِ مِثْلَهُ


dari Syaddad bin Aus dari Nabi , beliau bersabda, "Sesungguhnya istighfar yang paling utama adalah jika seorang hamba mengucapkan: 'ALLAAHUMMA ANTA RABBII LAA ILAAHA ILLAA ANTA KHALAQTANII WA ANA 'ABDUKA WA ANA 'ALAA 'AHDIKA WA WA'DIKA MASTATHA'TU ABUU-U LAKA BI NI'MATIKA 'ALAYYA WA ABUU-U LAKA BI DZANBII FAGHFIRLII FA INNAHU LAA YAGHFIRUDZ DZUNUUBA ILLAA ANTA A'UUDZU BIKA MIN SYARRI MAA SHANA'TU (Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi selain Engkau. Engkau telah menciptakanku dan aku adalah hamba-Mu. Aku menepati perjanjian-Mu dan janji-Mu sesuai dengan kemampuanku. Aku mengakui dosaku kepada-Mu dan kuakui nikmat-Mu kepadaku, maka ampunilah aku. Sebab tidak ada yang dapat mengampuni dosa selain-Mu, Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatanku).' Jika ia mengucapkan di waktu sore lalu meninggal, maka ia akan masuk surga. Dan jika ia membacanya di waktu pagi lalu meninggal, maka ia mendapatkan seperti itu juga (masuk surga)."(Shahih Bukhori 6323)

Keterangan :

1. Dalam riwayat ini disebutkan pagi hari dan sore hari, tapi diriwayat lain disebutkan siang hari dan malam hari. dua-duanya bisa diamalkan sebab "shobah" bisa dimaknai setelah subuh samapai sebelum ashar, dan kata "masaa" bisa dimaknai setelah ashar sampai pertengahan malam.

2. Kesalahan dalam membaca sayyidul isthgfar yaitu tidak menggunakan lafadz "ABUU-U LAKA BI NI'MATIKA 'ALAYYA WA ABUU-U LAKA BI DZANBII" kata "ABUU-U LAKA BI DZNABII" sering banya orang menghilangkan kata"LAKA" padahal itu masih termasuk sayyidul istighfar. 

6. Memohon Keselamatan dalam agama, dunia,akhirat, keluarga, dan harta

Lafadz 1 :

قَالَ سَمِعْتُ ابْنَ عُمَرَ يَقُولُ
لَمْ يَكُنْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَعُ هَؤُلَاءِ الدَّعَوَاتِ حِينَ يُمْسِي وَحِينَ يُصْبِحُ 

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِينِي وَدُنْيَايَ وَأَهْلِي وَمَالِي اللَّهُمَّ 

اسْتُرْ عَوْرَتِي وَقَالَ عُثْمَانُ عَوْرَاتِي وَآمِنْ رَوْعَاتِي اللَّهُمَّ احْفَظْنِي مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ وَمِنْ خَلْفِي وَعَنْ يَمِينِي وَعَنْ شِمَالِي وَمِنْ 

فَوْقِي وَأَعُوذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِي


قَالَ أَبُو دَاوُد قَالَ وَكِيعٌ يَعْنِي الْخَسْفَ


Aku mendengar Ibnu Umar berkata, "Rasulullah tidak pernah meninggalkan doa-doa tersebut saat tiba waktu sore dan pagi hari, "ALLAAHUMMA INNII AS-ALUKAL 'AAFIYATA FIDDUNYAA WAL AAKHIRAH, ALLAAHUMMA INNII AS-ALUKAL 'AFWA WAL 'AAFIYATA FI DIINII WA DUNYAAYA WA AHLII WA MAALII ALLAAHUMMASTUR 'AURATII -Utsman menyebutkan dengan lafadz- "'AURAATII WA AAMIN RAU'AATII ALLAAHUMMAHFADZHNII MIN BAINI YADAYYA WA NIN KHALFII WA 'AN YAMIINII WA 'AN SYIMAALII WA MIN FAUQII WA A'UUDZU BI'AZHAMATIKA AN UGHTAALA MIN TAHTII (Ya Allah, aku memohon kepada-mu keselamatan di dunia dan di akhirat. Ya Allah, aku mohon kepada-Mu pemaafan dan keselamatan dalam agama, dunia, keluarga dan harta. Ya Allah, tutupilah auratku, -Utsman menyebutkan dengan lafadz- "Auratku, dan amankanlah aku dari rasa takut. Ya Allah, jagalah aku dari depan, belakang, sisi kanan, sisi kiri, dan dari atas. Aku berlindung kepada-Mu dengan kebesaran-Mu agar aku tidak diserang dari arah bawah." Abu Daud berkata, "Waki' mengatakan, "Maksudnya adalah penenggelaman."( HR Abu Daud 5074)

Lafaz 2 lebih lengkap : 

قَالَ سَمِعْتُ ابْنَ عُمَرَ يَقُولُ  

لَمْ يَكُنْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَعُ هَؤُلَاءِ الدَّعَوَاتِ حِينَ يُمْسِي وَحِينَ يُصْبِحُ

  

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِينِي وَدُنْيَايَ وَأَهْلِي وَمَالِي 

اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِي وَآمِنْ رَوْعَاتِي وَاحْفَظْنِي مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ وَمِنْ خَلْفِي وَعَنْ يَمِينِي وَعَنْ شِمَالِي وَمِنْ فَوْقِي 

وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِي  

قَالَ وَكِيعٌ يَعْنِي الْخَسْفَ

saya mendengar Ibnu Umar dia berkata, Rasulullah ﷺ tidak pernah meninggalkan doa-doa tersebut ketika menjelang pagi dan sore, yaitu, "Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu ampunan dan keselamatan di dunia dan di akhirat. Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu ampunan dan keselamatan di dalam (menjalankan) agamaku, duniaku, keluargaku dan hartaku. Ya Allah, tutupilah auratku, berikanlah ketentraman apa-apa yang menjadi rasa ketakutanku, lindungilah kami dari bahaya yang datang dari hadapanku, dari belakangku, dari samping kananku, dari sampaing kiriku dan dari atasku dan aku berlindung kepada-Mu dari bahaya yang datang dari bawahku."(HR. Abu Daud : 3871)

Keterangan hadits :

1. Perbedaan lafadz 1 dan 2 adalah pada lafadz 1 tidak menggunakan 'afwa di awal

2. ini merupakan dzikir berupa doa keselamatan di dunia dan di akhirat

7. Memohon Perlindungan dari Segala Sesuatu yang Membahayakan

سَمِعْتُ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ

قالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ عَبْدٍ يَقُولُ فِي صَبَاحِ كُلِّ يَوْمٍ وَمَسَاءِ كُلِّ لَيْلَةٍ بِسْمِ اللَّهِ الَّذِي لَا يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي 

الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ لَمْ يَضُرَّهُ شَيْءٌ


saya mendengar Utsman bin 'Affan radhiallahu'anhu berkata, Rasulullah bersabda, "Tidaklah seorang hamba setiap pagi dan sore hari mengucapkan; BISMILLAAHILLADZII LAA YADHURRU MA'AS MIHI SYAI UN FIL ARDHI WA LAA FIS SAMAAI WA HUWAS SAMII'UL 'ALIIM (Dengan menyebutkan nama Allah yang tidak ada sesuatupun dengan menyebut nama-Nya yang membahayakan di bumi maupun di langit, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui) sebanyak tiga kali melainkan ia tidak akan diganggu oleh sesuatupun." (Tirmidzi 3388)

8. Perkataan Terbaik Para Nabi

dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu bahwa Rasulullah bersabda, "Barang siapa yang membaca LAA ILAAHA ILLALLAAHU WAHDAHU LAA SYARIIKA LAH, LAHUL MULKU WA LAHUL HAMDU WA HUWA 'ALAA KULLI SYAI IN QODIIR (Tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Allah Yang Mahaesa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya kerajaan dan bagi-Nya segala puji dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu) sebanyak seratus kali dalam sehari, maka baginya mendapatkan pahala seperti membebaskan sepuluh budak, lalu ditetapkan baginya seratus kebaikan dan dijauhkan darinya seratus keburukan serta baginya ada perlindungan dari (godaan) setan pada hari itu hingga petang. Tidak ada amalan seseorang yang lebih utama dari (membaca) zikir ini kecuali bila ada yang dapat melaksanakan (amalan shalih) lebih banyak lagi dari sekedar (membaca) zikir tersebut".(S.Bukhori 3293)

Keterangan :

1. Dibaca 100 kali

2. Dzikir khusus pagi dan sore hari

9. Memohon Diperbaiki Segala Urusan

أخبرنَا عبد الرَّحْمَن بن مُحَمَّد بن سَلام حَدثنَا زيد بن الْحباب أَخْبرنِي عُثْمَان بن موهب الْهَاشِمِي سَمِعت أنس بن مَالك يَقُول قَالَ النَّبِي (38 ب) صلى الله عَلَيْهِ وَسلم لفاطمة مَا يمنعك أَن سَمْعِي مَا أوصيك بِهِ أَو تقولي إِذا أَصبَحت (وَإِذا) ب ح أمسيت

يَا حَيّ يَا قيوم بِرَحْمَتك أستغيث أصلح لي شأني كلَّه وَلَا تَكِلنِي إِلَى نَفسِي طرفَة عين (نوع آخر)

Abd al-Rahman bin Muhammad bin Salam memberi tahu kami, Zayd bin al-Habab memberi tahu kami, Othman bin Mawhab al-Hashimi memberi tahu saya, saya mendengar Anas bin Malik berkata bahwa Nabi (38 b) semoga Tuhan memberkatinya dan memberinya kedamaian berkata kepada Fatimah, “Apa yang mencegahmu dari keracunan?” Apa yang saya sarankan untuk Anda lakukan atau katakan jika di pagi hari (dan jika) di malam hari

"Wahai Yang Hidup, Wahai Pemelihara, dengan rahmat-Mu, aku mohon pertolongan, perbaiki semua urusanku untukku, dan jangan serahkan diriku sekejap mata"(HR. An-Nasai dalam Kitab Amalul yaum wa lail : 381 , no 570)

Keterangan :

1. Dibaca pada Pagi dan Malam hari


C. Hadits Dhaif Dan Tidak Sharih

1. Hadits Allah yang mencukupi segala yang dibutuhkan

Lafadz :

حسبي الله لا إله إلا هو عليه توكلت و هو ربّ العرش العظيم

“Allahlah yang mencukupi (segala apa yang kubutuhkan, tidak ada ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) kecuali Dia, kepada-Nyalah aku bertawakkal, dan Dialah Rabb yang menguasai Arsy yang agung.”

Diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam sunannya (no. 5081) secara mauquf dari abu darda ra. , dan Ibnu Sunni meriwayatkan secara marfu’ dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah (no. 71)

Hadits ini dha’if baik yang diriwayatkan secara marfu’ maupun mauquf . Syaikh al-Albani berkata: “Hadits ini Munkar.”(Lihat Silsilah Ahadits adh-Dhaifah (no. 5286)

Keutamaannya : “Barangsiapa yang membaca pada setiap hari ketika pagi dan sore: (Hasbiyallah Laa Ilaha Illa huwa ‘alaihi tawakkaltu wa huwa Rabbul ‘Arsyil ‘Azhim) tujuh kali, maka Allah akan mencukupi apa yang diinginkan dari perkara dunia dan akhirat.” (HR Ibnu Sunni : Syaikh Abdul Muhsin Al ‘Abbad mengatakan dhaif (Syarh Sunan Abi Daud [577], Maktabah Misykah). Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini munkar. (As Silsilah Adh Dhaifah No. 5287). Juga dalam HR Abu Daud secara mauquf no. 5081 : Syaikh Al Albani telah meneliti riwayat ini sebagai riwayat maudhu’ (palsu). (Shahih wa Dhaif Sunan Abi Daud No. 5081). Imam Ibnu Katsir mengatakan dalam tafsirnya terhadap surat At Taubah ayat 129, khususnya ketika membahas riwayat Ibnu ‘Asakir ini: “ini (hadits) munkar.” (Tafsir Al Quran Al ’Azhim, 4/244. Darut Thayyibah). Namun Syaikh Syu’aib dan ‘Abdul Qodir Al Arnauth menyatakan sanad hadits ini shahih dalam Zaadul Ma’ad (2/376))

Walaupun sanadnya shahih tetapi dari segi matannya lemah karena ada kalimat :

كان بها أو كاذبا

artinya :

baik mengucapkannya secara jujur atau pura-pura (tanpa ada niat, spontan, berbohong)

Tidak mungkin mengucapkan dzikir tersebut dengan berbohong. Padahal berbohong adalah perbuatan terlarang. Maka matan disini adalah munkar.

Jarh (celaan/kritikan) didahulukan dari pada ta’dil (pujian, penegakan)

2. Hadits Shalawat Pagi dan Sore 10 Kali

من صلىّ عليّ حين يصبح عشرا و حين يمسي عشرا : أدركته شفاعتي يوم القيامة.

“Barang siapa bershalawat kepadku ketika pagi 10 kali dan ketika sire hari 10 kali, dia akan memperoleh syafaatku pada hari kiamat.”


Diriwayatkan oleh Imam Ath-Thabrani.

Hadits ini dhaif karena snadnya munqathi’(terputus). Sebab, Khalid bin Ma’dan tidak mendengar hadits ini dari Abu Darda ra. Imam Ahmad menyatakan: “Khalid tidak mendengar riwayat dari Abu Darda.”(Lihat Tahdzibut Tahdzib (III/102-103, no.222 dan Silsilah Ahadits adh-Dhaifah no. 5788)


3. Hadits Memohon kebaikan Pagi hari

Lafadz :

أَصبحنا و أصبح الملكُ لله ربّ العالمين. اللهمّ إنّي أسألك خير هذا اليوم: فتحه, و نصره, و نوره, و بركته و هداه و أعوذ بك من شرّ ما فيه و شرّ ما بعدهُ

Kami telah memasuki waktu pagi dan kerajaan hanya milik Allah, Rabb seru sekalian alam. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu supaya memperoleh kebaikan, membukakan rahmat, pertolongan, cahaya, berkah, dan petunjuk pada hari ini. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan apa-apa yang berada di dalamnya dan dari kejahatan sesudahnya.


Diriwayatkan Oleh Abu Dawud (no. 5084) dan ath-Thabrani dalam Mu’jam Kabiir (III/no. 3453).

Hadits ini Dhaif karena ada dua cacata dalam sanadnya:

1. Terdapat seorang perawi yang bernama Muhammad bin Isma’il bin Ayyasy. Dia tidak pernah mendengar hadits (riwayat) dari ayahnya, dan hadits ini dia riwayatkan dari ayahnya itu.

2. sanadnya munqathi’ (terputus) di antara Syuraih bin Ubaid dan Abu Malik. Sedangkan Syuraih tidak mendengar hadits ini darinya (Abu Malik). Imam Abu Hatim ar-Razi berkata dalam al-marasil (hlm. 90): “Syuraih bin Ubaid dari Abu Malik, haditsnya mursal.(Lihat Al-Jarh wat-Ta’dil (VII/189-190), Tahdzibul Kamal (XXIV/5067), Tahdzibut Tahdzib (IX/51-52), dan Silsilah Ahadits adh-Dha’ifah (no. 5606)


4. Hadits Persaksian Pagi Hari

Lafadz :

اللهم إني أصبحتُ أشْهدُكَ وَ أُشْهِدُ حملة عرشك, و ملائكتك و جميع خلقك, أنّك أنت الله لا إله إلاّ أنتَ وحدك لا شريك لك, و أنّ محمدا عبدك و رسولُكَ

Ya Allah, sungguh pada pagi ini aku mempersaksikan engkau, Malaikat yang mmemikul Arsy-Mu, para malaikat-Mu, dan seluruh makhluk-Mu, bahwasanya Engkaulah Allah, tiada ilah kecuali Engkau Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Mu, dan sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan utusan-Mu.


Diriwayatkan oleh Abu Dawud (ni. 5069), al-Bukhori dalam al-Adabul Mufrad (no. 1201), an-Nasai dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah (no.9), serta Ibnu Sunni (no.70).

Hadits ini Dhaif karena dua cacat dalam sanadnya:

1.Terdapar Perawi yang tidak dikenal bernama Abdurrahman bin Abdul Majid.

2. Para ulama hadtis raga apakah Makhul mendengar hadits dari Anas bin Malik atau tidak?(Lihat Silsilah al-Ahadits adh-Dhaifah (no. 1041). Jika ia mendengar maka cacat hadits ini adalah ‘an’anahnya Makhul. Ibnu Hibban menyatakan: “Kemungkinan ia berbuat Tadlis.” (Lihat Mizanul I’tidal (II/577, 4913), Taqribut Tahdzib (no. 3948), dan Silsilah adh-Dhaifah (no. 1041).


5. Hadits Segala Nikmat Yang Diterima

اللهم ما أصبح بي من نعمةٍ أوْ بأحدٍ من خلك فمنك وحدك لا شريكَ لك, فلك الحمدُ و لك الشكرُ.

Ya Allah, segala nikmat yang kuterima atau diteima seluruh makhluk-Mu pada pagi ini adlah dari-Mu. Maha Esa Engkau, tiada sekutu bagu-Mu. Bagi-mu segala pujian dan bagi-Mu segala bentuk syukur (dari seluruh makhluk-Mu.


Diriwayatkan dari Abu Dawud (no. 5073), an-Nasa’i ‘Amalul Yaum wal Lailah (no.7), Ibnu Sunni (no. 41), dan Ibnu Hibban Mawariduzh Zham’an (no. 2361).

Hadits ini Dhaif karena dalam sandanya terdapat perawi majhul (yang tidak dikenal) yang bernama Abdullahh bin Anbasah. Adz-Dzahabi berkata: “Keadaannya tidak dapat diketahui.”(Lihat Mizanul I’tidal (II/469), Takhrij al-Kalimut Thayyib (hlm. 73), Dhaif Mawariduzh Zham’an (no. 301).



6. Hadits Ayat Kursi Pagi dan Sore Hari


Imam Al-Hakim berkata:

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ صَالِحِ بْنِ هَانِي ، ثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ إِسْحَاقَ بْنِ يُوسُفَ ، ثَنَا هَارُونُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ ، ثَنَا أَبُو دَاوُدَ الطَّيَالِمِيُّ ثَنَا حَرْبُ بْنُ شَدَّادٍ ، عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ ، حَدَّثَنِي الْحَضْرَمِيُّ بْنُ لَاحِقٍ ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ أَبَيَ بْنِ كَعْبٍ ، عَنْ جَدِهِ أَبَيَ بْنِ كَعْبٍ - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ - أَنَّهُ كَانَ لَهُ جَرِينُ تَمْرٍ ، فَكَانَ يَجِدُهُ يَنْقُصُ ، فَحَرَسَهُ لَيْلَةً ، فَإِذَا هُوَ بِمِثْلِ الْغُلَامِ الْمُحْتَلِمِ ، فَسَلَّمَ عَلَيْهِ فَرَدَّ عَلَيْهِ السَّلَامَ ، فَقَالَ : أَجِنِي أَمْ إِنْسِيُّ ؟ فَقَالَ : بَلْ جِنِّيٍّ : فَقَالَ : أَرِنِي يَدَكَ ! فَأَرَاهُ ، فَإِذَا يَدُ كَلْبٍ وَشَعَرُ كَلْبٍ ! فَقَالَ : هَكَذَا خَلْقُ الْجِنَ . فَقَالَ : لَقَدْ عَلِمَتِ الْجِنُّ أَنَّهُ لَيْسَ فِيهِمْ رَجُلٌ أَشَدُّ مِنِي ! قَالَ : مَا جَاءَ بِكَ ؟ قَالَ : أُنْبِثْنَا أَنَّكَ تُحِبُّ الصَّدَقَةَ ، فَجِئْنَا نُصِيبُ مِنْ طَعَامِكَ ! قَالَ : مَا يُجِيرُنَا مِنْكُمْ ؟ قَالَ : تَقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِيَ مِنْ سُورَةِ الْبَقَرَةِ ( اللهُ لا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ ، قَالَ : نَعَمْ . قَالَ : إِذَا قَرَأْتَهَا غَدْوَةً أُجِرْتَ مِنَّا حَتَّى تُمْسِيَ ، وَإِذَا قَرَأْتَهَا حِينَ تُمْسِي أُجِرْتَ مِنَّا حَتَّى تُصْبِحَ . قَالَ أَبَيُّ : فَغَدَوْتُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ فَأَخْبَرْتُهُ بِذَلِكَ ، فَقَالَ :صَدَقَ الْخَبِيثُ"

“Muhammad bin Shalih bin Haani telah menceritakan kepadaku, Ibrahim Ishaq bin Yusuf telah menceritakan kepada kami, Harun bin Abdullah telah menceritakan kepada kami, Abu Dawud Ath-Thayalisi telah menceritakan kepada kami, Harb bin Syaddad telah menceritakan kepada kami, dari Yahya bin Abu Katsir, Al-Hadhramiy bin Laahiq telah menceritakan kepadaku, dari Muhammad bin Amr bin Ubay bin Kaab, dari kakeknya, Ubay bin Ka’ab Ra, bahwa ia punya tempat pengeringan/penumbukan kurma, maka ia dapati isinya berkurang. Lalu ia menjaganya pada suatu malam, ternyata ia dapati suatu makhluk yang menyerupai anak mencapai balig. Lalu ia salam padanya, maka ia menjawab salam itu. Lalu ia bertanya, “Apakah anda Jin atau manusia?” Ia menjawab, “Jin” Ia berkata lagi, “Tolong perlihatkan tanganmu padauk!” Lalu ia memperlihatkannya, ternyata tangan anjing dan berbulu anjing. Lantas ia berkata, “Apakah demikian penciptaan bangsa jin?” Lalu ia menjawab, “Sungguh bangsa jin tahu, bahwa tidak ada seseorang di kalangan mereka yang lebih kuat dariku.” Ia bertanya, “Kabar apa yang engkau bawa?” Ia menjawab, ‘Saya akan mengabarkan pada anda bahwa anda suka bersedekah, maka kami datang mengambil makananmu” Ia bertanya lagi, “Apa yang melindungi kami dari kalian?” Ia berkata, “Anda baca ayat Kursi dari surat Al-Baqarah: “Allaahu Laa Ilaaha Illaa Huwa Al-Hayyu Al-Qayyuum” Ia berkata, “Baik” Ia berkata lagi, “Apabila anda membacanya di waktu pagi niscaya anda dilindungi dari kami hingga waktu petang, dan apabila anda membacanya di waktu petang niscaya anda dilindungi dari kami hingga waktu pagi” Ubay berkata, “Maka waktu pagi aku berangkat menghadap Rasulullah saw. lalu aku kabarkan kepada beliau tentang hal itu. Maka beliau bersabda, “Makhluk keji itu benar” HR. Al-Hakim, Al-Mustadrak, I: 561, No. 2072


Status Hadis

قال الحاكم : هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحُ الْإِسْنَادِ ، وَلَمْ يُخَرِجَاهُ

Al-Hakim berkata, "Ini adalah hadis shahih sanadnya, dan keduanya (Al-Bukhari-Muslim) tidak meriwayatkannya" (Al-Mustadrak, I: 561)



Hadis ini diriwayatkan pula oleh An-Nasai (As-Sunan Al-Kubra, IX: 352, No. 10.730, IX:352, No. 10.731, IX:353, No. 10.732), Ibnu Hiban (Shahih Ibnu Hiban, III: 63, No. 784), Adh- Dhiya Al-Maqdisiy (Al-Ahadits Al-Mukhtarah, IV: 33, No. 1260, IV: 34, No. 1261, IV: 37, No. 1262). Ath-Thabrani (Al-Mu'jam Al-Kabir, I: 201, No. 541)

Melalui rawi yang sama, yaitu Yahya bin Abu Katsir, namun terdapat kerancuan (idhtirab) pada jalur yahya baik sanad maupun matannya.


I. Aspek Sanad

Versi I: Aban bin Yazid, Harb bin Syadad, dan Syaiban bin Abdurrahman dari Yahya, dari AlHadhrami bin Laahiq, dari Muhammad bin Ubay bin Ka’ab, dari Ubay bin Ka’ab


Versi II: Abu ‘Amr bin Al-Awza’I, dari Yahya, dari Abdullah (bukan Muhammad) bin Ubay bin Ka’ab, dari Ubay bin Ka’ab


Versi III: Yahya, dari ‘Abdah bin Abu Lubabah (tidak langsung dari Abdullah), dari Abdullah bin Ubay bin Ka’ab, dari Ubay bin Ka’ab


Versi IV: Yahya, dari Ath-Thufail bin Ubay bin Ka’ab (bukan dari Abdullah dan Muhammad), dari Ubay bin Ka’ab



II. Aspek Matan

Versi Yahya dari Thufail bin Ubay bin Ka'ab (HR. An-Nasai dan Ibnu Hiban) dengan redaksi

قَالَ أَبَيٌّ : فَمَا الَّذِي يُجِيرُنَا مِنْكُمْ ؟ قَالَ : هَذِهِ الْآيَةُ : آيَةُ الْكُرْسِيَ ، ثُمَّ غَدَا أَبَيٌّ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَأَخْبَرَهُ ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : صَدَقَ الْخَبِيثُ - رواه النسائي في "الكبرى" (٣٥٢/٩) برقم: (١٠٧٣٠) ، فَمَا الَّذِي يَحْرِزُنَا مِنْكُمْ ؟ فَقَالَ : هَذِهِ الْآيَةُ ، آيَةُ الْكُرْسِي ، قَالَ : فَتَرَكْتُهُ . وَغَدَا أَبَيٌّ إِلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخْبَرَهُ ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : صَدَقَ الْخَبِيثُ - رواه ابن حبان في "صحيحه" (٣ / ٦٣) برقم: (٧٨٤)

Versi Yahya dari Abdah bin Abu Lubabah (HR. Ad-Dhiya Al-Maqdisi) dengan redaksi

فَقَالَ لَهُ أُبَيٌّ : فَمَا الَّذِي يُجِيرُنَا مِنْكُمْ ؟ قَالَ : هَذِهِ الْآيَةُ آيَةُ الْكُرْسِيَ ، ثُمَّ غَدَا إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخْبَرَهُ ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : صَدَقَ الْخَبِيثُ - رواه الضياء المقدسي في "الأحاديث المختارة" (٤ / ٣٧) برقم: (١٢٦٢)

Versi Yahya dari Hadhrami, dari Muhammad bin Ubay bin Ka'ab (HR. Al-Hakim, An-Nasai, Adh-Dhiya Al-Maqdisi, Ath-Thabrani), antara lain dengan redaksi

قَالَ : مَا يُجِيرُنَا مِنْكُمْ ؟ قَالَ : تَقْرَأُ آيَةَ الْكُرْمِي مِنْ سُورَةِ الْبَقَرَةِ { اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ ، قَالَ : نَعَمْ . قَالَ : إِذَا قَرَأْتَهَا عَدْوَةً أُجِرْتَ مِنَّا حَتَّى تُمْسِيَ ، وَإِذَا قَرَأْتَهَا حِينَ تُمْسِي أُجِرْتَ مِنَّا حَتَّى تُصْبِحَ . قَالَ أَبَيٍّ : فَغَدَوْتُ إِلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ فَأَخْبَرْتُهُ بِذَلِكَ ، فَقَالَ : صَدَقَ الْخَبِيثُ" - رواه والحاكم في "مستدركه " ( ١ / ٥٦١) برقم: (٢٠٧٢)

Riwayat versi Abdah dan Thufail menunjukan bahwa pembacaan ayat Kursi itu tidak berhubungan dengan dzikir waktu pagi dan petang. Sementara versi Hadhrami berhubungan dengan dzikir waktu pagi dan petang. Mana Riwayat yang benar?


Sekiranya tidak dapat dipastikan mana yang kuat (Raajih), maka hadis demikian dikategorika dhaif Mudhtarrib sebab terjadinya Idhtirab

Hadis Mudhtarib adalah hadis yang diriwayatkan secara berlainan tetapi sama dari segi kekuatan sehingga tidak dapat diselaraskan antara satu sama lain. (Taisir Mushthalah Al-Hadits, hlm. 59)

Namun sekiranya dapat dipastikan mana yang kuat (Raajih), maka hadis yang kalah (marjuuh) dikategorikan hadis syaadz. Menurut Syekh Al-Albani, tambahan keterangan waktu pagi dan petang dikategorikan syaadz (Ash-Shahihah, VII: 743)

حكم الألباني في الصحيحة (٧٤٣/٧) رقم: (٣٢٤٥) على زيادة الصباح والمساء بالشذوذ

Dengan demikian, yang benar adalah versi Abdah dan Thufail bahwa pembacaan ayat Kursi itu tidak berhubungan dengan dzikir waktu pagi dan petang

Kesimpulan:

1.Menetapkan pembacaan ayat kursi pada dzikir waktu pagi dan petang tidak berdasarkan hadis maqbul (diterima)

2. Pembacaan ayat kursi sesuai hadis shahih tidak dibatasi oleh waktu tertentu2


7. Dzikir Pagi & Petang Selesai Majelis ?

Dzikir Dengan QS. ASH-SHAFFAT: 180-182 Selesai Majelis

عَنِ الشَّعْبِي، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَكْتَالَ بِالْمِكْيَالِ الْأَوْفَى مِنَ الْأَجْرِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، فَلْيَقُلْ آخِرَ مَجْلِسِهِ حِينَ يُرِيدُ أَنْ يَقُومَ: سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا

يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ - رواه إبن أبي حاتم -

Dari asy-Sya'bi, ia berkata, "Rasulullah saw bersabda, 'Barangsiapa ingin diberikan timbangan dengan timbangan yang penuh dengan pahala pada hari kiamat, maka hendaklah di akhir majlisnya ketika hendak bangkit ia mengucapkan: "subhaana rabbika rabbil 'izzati 'amma yashifuun wa salaamun 'alal mursaliin wal hamdulullaahi rabbil 'aalamiin"." HR. Ibnu Abu Hatim, Tafsir Ibnu Abu Hatim, 12: 125

Hadis ini dhaif dengan dua sebab:

Pertama, Mursal (terputus sanadnya) karena diriwayatkan oleh Asy-Sya'bi (Amir bin Syaraahil) langsung dari Nabi saw. tanpa melalui rawi generasi shahabat, sementara Asy-Sya'bi adalah generasi Tabi'in yang lahir masa kekhalifahan Umar bin Khatab tahun 21 H/641 M dan wafat 103 H/723 M

Kedua, padanya terdapat rawi Yunus bin Abu Ishaq As-Sabi'iy, yang diperselisihkan oleh para ulama, baik pribadinya maupun periwayatan dari ayahnya (Abu Ishaq As-Sabi'iy). Karena itu, Imam Ahmad mendhaifkan hadis Yunus dari Ayahnya.

Kesimpulan


Dzikir dengan QS. ASH-SHAFFAT: 180-182 selesai Majelis hadisnya dhaif

Kesimpulan Umum

أن الحديث لا يصح عن النبي صلى الله عليه وسلم ، وطرقه وأسانيده لا يقوي بعضها بعضا

لأنها شديدة الضعف ، ورواتها فيهم الكذاب والمتهم ومنكر الحديث ، فمثلها لا يتقوى.

Hadis itu (Dzikir dengan QS. ASH-SHAFFAT: 180-182) tidak sah dari Nabi saw. Jalur dan Sanadnya tidak dapat menguatkan satu sama lain karena sangat dhaif, dan para rawinya ada tukang dusta (Kadzdzaab), tertuduh dusta (Muttaham bil Kadzib) dan Munkar Al-hadits. Maka hadis semisal ini tidak akan naik derajat menjadi kuat.3


8. Dzikir Al-Fatihah


Keutamaannya :

1. Dia disebut A’zhamus Surah (Surat yang paling agung) (HR. Bukhari No. 4204, 4370, 4426, 4720. Abu Daud No. 1458. Ad Darimi dalam Sunannya No. 3371),

2. Sebagai Ruqyah, sehingga dibolehkan membacanya jika kita sedang sakit (Bukhari No. 2156, 4721, 5404, 5417),

3. Surat istimewa yang tidak pernah Allah Ta’ala turunkan sebelumnya dalam Taurat, zabur, dan Injil, bahkan tidak ada yang sepertinya di dalam Al Quran sendiri (HR. At Tirmidzi No. 2875, dari jalur Abu Hurairah. Imam At Tirmidzi mengatakan: hasan shahih. Imam Ad Darimi No. 3373. Dishahihkan pula oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan At Tirmidzi No. 2875, 3125. Imam Ahmad, dalam Musnadnya, No. 20180, 20181. dari Ubai bin Ka’ab. Ibnu Hibban No. 775, dari Ubai bin Ka’ab),

4. Disebut sebagai induknya Al Quran (HR. Bukhari No. 4427. Ahmad No. 9788, Ad Darimi No. 3374).


Bantahan :

1. Hadits diatas tidak ada yang menganjurkan untuk membaca al-fatihah untuk dibaca sebagai pembukaan dzikir pagi dan petang atau pun ditunjukkan sebagai dzikir pagi dan petang.

2. Hadits-hadits di atas hanya menunjukkan keutamaan al-fatihah bukan menganjurkan membaca di pagi dan petang.

3. A’zhamus Surah dipahami sebagai surat yang paling agung karena al-fatihah dibaca diulang-ulang dan memilki makna bacaan yang agung.

4. Sebagai ruqyah berarti dibacakan didepan orang yang sakit, dan bukan di tempat yang jauh karena asbabul wurud hadits tentang al-fatihah sebagai ruqyah hanya disebutkan dilakukan di depan orang yang sakitnya bukan di tempat yang tidak terjangkau. Ruqyah al-fatihah itu adalah berdoa kepada Allah untuk kesembuhan orang yang sakit tersebut.

5. Surat istimema yang tidak pernah Allah Ta’ala turunkan sebelumnya dalam Taurat, zabur, dan Injil, bahkan tidak ada yang sepertinya di dalam Al Qur’an sendiri maksudnya lafadznya tidak ada yang yang semakna.

6. Induk Al-quran berarti terhimpun seluruh makna yang terdapat di al-Qur’an, mengandung maksud dasar yang global, baik pokok-pokok agama maupun cabangnya.


9. Membaca 10 ayat dari Surat Al Baqarah (Ayat 2-5, 255-257, 284-286)


Keutamaannya :

1. Rumah dijauhi setan (HR Ad Darimi, No. 3382. Imam Ath Thabarani, Al Mu’jam Al Kabir, No hadits. 8592. Imam Nuruddin Al Haitsami mengatakan: rijal (periwayat) hadits ini adalah shahih, hanya saja Asy Sya’bi tidak mendengar langsung dari Ibnu Mas’ud. Lihat Majma’ Az Zawaid, 10/118. Darul Kutub Al ‘Ilmiyah), Mencukupi (HR. At Tirmidzi dalam Sunannya, Kitab Fadhail Al Quran ‘an Rasulillah Bab Maa Ja’a fi Akhiri Suratil Baqarah, No. 2881. Katanya: hasan shahih. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan At Tirmidzi No. 2881)


1. Riwayat ad-Darimi :


قَالَ عَبْدُ اللَّهِ مَنْ قَرَأَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنْ سُورَةِ الْبَقَرَةِ فِي لَيْلَةٍ لَمْ يَدْخُلْ ذَلِكَ الْبَيْتَ شَيْطَانٌ تِلْكَ اللَّيْلَةَ حَتَّى يُصْبِحَ أَرْبَعًا مِنْ أَوَّلِهَا وَآيَةُ الْكُرْسِيِّ وَآيَتَانِ بَعْدَهَا وَثَلَاثٌ خَوَاتِيمُهَا أَوَّلُهَا { لِلَّهِ مَا فِي السَّمَوَاتِ }


Abdullah berkata, Barang siapa yang membaca sepuluh ayat dari surah Al-Baqarah pada malam hari, niscaya setan tidak akan masuk ke dalam rumahnya pada malam itu hingga pagi hari. Yaitu empat ayat dari awal surat, ayat kursi dan dua ayat setelahnya, serta tiga ayat penutup surat, yaitu mulai dari ayat: LILLAAHI MAA FIS SAMAAWAATI… (Kepunyaan Allahlah segala apa yang ada di langit…) ( ad-Darimi no. 3425)

عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ قَالَ مَنْ قَرَأَ أَرْبَعَ آيَاتٍ مِنْ أَوَّلِ سُورَةِ الْبَقَرَةِ وَآيَةَ الْكُرْسِيِّ وَآيَتَانِ بَعْدَ آيَةِ الْكُرْسِيِّ وَثَلَاثًا مِنْ آخِرِ سُورَةِ الْبَقَرَةِ لَمْ يَقْرَبْهُ وَلَا أَهْلَهُ يَوْمَئِذٍ شَيْطَانٌ وَلَا شَيْءٌ يَكْرَهُهُ وَلَا يُقْرَأْنَ عَلَى مَجْنُونٍ إِلَّا أَفَاقَ

dari Ibnu Mas'ud ia berkata, Barang siapa yang membaca empat ayat dari awal surah Al-Baqarah, ayat kursi, dua ayat setelahnya dan tiga ayat terakhir dari surah Al-Baqarah, maka tidak ada satu setan pun yang mendekati dirinya dan keluarganya pada hari itu, serta tidak ada pula sesuatu pun yang ia benci (mendatangkan madharat baginya). Tidaklah dibacakan ayat-ayat tersebut kepada orang gila, kecuali ia pasti sadar. (ad-Darimi no. 3426)

Bantahan :

1. Kedua hadits diatas memiliki Isnad yang munqathi menurut husain salim asad ad daroni. Karena di dalam sanadnya terputus antara Abdullah bin Mas'ud yaitu sahabat Nabi SAW. Dengan amir bin syarahil. Padahal mereka tidak pernah bertemu.

2. Hadits di atas mauquf hanya sampai berhenti di sahabat tidak sampai derajat marfu’ maka tetap saja tidak bisa diamalkan.

3. Tidak di sebutkan khusus pagi dan petang,


2. Riwayat at-Tirmidzi
dari Abu Mas'ud Al Anshari ia berkata, Rasulullah bersabda, "Barang siapa membaca dua ayat terakhir dari surah Al-Baqarah pada malam hari, maka keduanya akan mencukupinya." Abu Isa berkata, Hadits ini hasan shahih.(Tirmidzi no. 2881)

dari Nu'man bin Basyir dari Nabi , beliau bersabda, "Sesungguhnya Allah telah menulis Al-Qur'an sejak dua ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi. Allah menurunkan dua ayat darinya sebagai penutup surah Al-Baqarah. Apabila keduanya dibaca dalam rumah selama tiga malam, niscaya setan tidak akan mendekati rumah tersebut." Abu Isa berkata, Hadis ini hasan gharib.(HR.Tirmidzi no. 2882)


Bantahan :

1. Hadits rriwayat Tirmidzi Shahih tetapi tidak disebutkan adanya pengkhususan pagi hari atau sore hari.

2. Makna kedua hadits di atas yaitu dibaca di malam hari yaitu 2 ayat terakhir surat al-baqarah.


Kesimpulan

1. Membaca 10 ayat dari Surat Al Baqarah haditsnya lemah dan tidak ada pengkhususannya di waktu pagi dan petang

2. Adapun 2 ayat terakhir surat al-baqarah dibaca ketika malam bukan di pagi hari atau sore hari.


10. Membaca Surat Ali Imran ayat 1-2 & Membaca surat Thaha ayat 111-112


Keutamaannya :

Terdapat asma Allah yang agung bersama Al Baqarah, Ali Imran, Thaha (Hadits Hasan oleh Syaikh Al-Bani. Shahih wa Dhaif Sunan Ibni Majah No. 3856, As Silsilah Ash Shahihah No. 746), juga riwayat lain, (HR. Abu Daud No. 1496, At Tirmidzi No. 3478, katanya: hasan shahih. Ad Darimi No. 3389, Ahmad No. 27611)

عَنْ الْقَاسِمِ قَالَ اسْمُ اللَّهِ الْأَعْظَمُ الَّذِي إِذَا دُعِيَ بِهِ أَجَابَ فِي سُوَرٍ ثَلَاثٍ الْبَقَرَةِ وَآلِ عِمْرَانَ وَطه

dari Al Qasim dia berkata, "Nama Allah yang Agung yang apabila berdoa dengan-Nya akan dikabulkan, yaitu di dalam tiga surat; Al-Baqarah, Ali 'Imran dan Ta Ha."(HR. Ibnu Majah 3856) jalur lain dari Al Qasim dari Abu Umamah dari Nabi seperti di atas."

Makna hadits :

1. Asma Allah yang agung yaitu “ al-Hayyu wal-Qayyum” dalam ayat kursi, ali imran ayat 2, dan thaha ayat 111

2. Berdoa dengan asma tersebut ketika berdoa akan mudah diijabah oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala

3. Hadits di atas bukan dianjurkan membaca ayat tersebut tetapi teka-teki dari Rasulullah kepada para sahabat untuk mencari asma Allah yang agung tersebut dan digunakan ketika berdoa.

4. Hal ini berarti bukan dimaksudkan untuk dzikir pagi dan petang tetapi untuk bertawasul dengan asma Allah SWT.


12. Membaca surat Al Kafirun ayat 1-6


Keutamaannya : “Bahwa dia mendatangi Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dan berkata: “Wahai Rasulullah, ajarkan kepadaku sesuatu yang aku ucapkan jika aku berbaring di atas kasurku.” Beliau bersabda: “Bacalah Qul yaa ayyuhal kaafiruun, sesungguhnya itu merupakan pemutus dari kesyirikan.” (HR. At Tirmidzi No. 3403. Syaikh Al Albani menshahihkannya. Lihat Shahih wa Dhaif Sunan At Tirmidzi No. 3403. Juga diriwayatkan oleh Ath Thabarani dalam Al Kabir No. 2150, dari Jabalah bin Haritsah). Demikian keutamaan surat Al Kafirun, dan tak satu pun yang menyebutkan keutamaannya dibaca pagi dan sore secara rutin.


عَنْ فَرْوَةَ بْنِ نَوْفَلٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّهُ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ عَلِّمْنِي شَيْئًا أَقُولُهُ إِذَا أَوَيْتُ إِلَى فِرَاشِي قَالَ اقْرَأْ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ فَإِنَّهَا بَرَاءَةٌ مِنْ الشِّرْكِ

dari Farwah bin Naufal radhiallahu'anhu bahwa ia datang kepada Nabi? dan berkata, wahai Rasulullah, ajarkan kepadaku sesuatu yang aku ucapkan apabila aku menuju ke tempat tidurku! Beliau berkata, "Bacalah Qul yaa ayyuhal kaafiruun, karena surat tersebut adalah sikap berlepas diri dari kesyirikan." (HR. At-Tirmidzi no. 3403)


Makna Hadits di atas :

1. Hadits di atas merupakan keutamaan surat al-kafirun yang dianjurkan dibaca ketika mau tidur

2, Bukan bacaan untuk dzikir pagi dan petang


13. Membaca Dzikir Pujian


Lafadz :

يا ربِّ لك الحمد كما ينبغي لجلال وجهك و لعظيم سلطانك

artinya :

“Ya Tuhanku, Segala puji bagiMu sebagaimana seyogyanya kemuliaan wajahMu dan keagungan kekuasaanMu.”


Keutamaannya : Dua malaikat tidak sanggup mencatatnya dan tidak tahu cara mencatat pahala ucapan ini (saking besarnya). Diriwayatkan (1) Imam Ibnu Majah dalam Sunannya, Kitabul Adab Bab Fadhlu Al Hamidin, No. 3801. (2) Imam Ath Thabarani, Al Mu’jam Al Kabir, No. 13118. Juga dalam Al Mu’jam Al Awsath, No. 11305. Syamilah. (3) Imam Al Baihaqi, Syu’abul Iman, No. 4215. Syamilah. (4) Imam Alauddin Al Muttaqi Al Hindi, Kanzul ‘Ummal, No. 5127, 6441. (5) Abul Fadhl As Sayyid Abul Ma’athi An Nuri, Al Musnad Al Jami’, No. 8100. Dalam sanad hadits ini terdapat Qudamah bin Ibrahim, dalam Az Zawaid disebutkan bahwa Ibnu Hibban memasukkannya dalam At Tsiqat (orang-orang terpercaya). Dan, Shadaqah bin Basyir belum ada orang yang menjarh (kritik)-nya, dan mentsiqahkannya. Sedangkan semua perawi lainnya adalah tsiqat. (Imam Abul Hasan Muhammad bin Abdul Hadi As Sindi, Hasyiah ‘Ala Ibni Majah, No. 3791. Mawqi’ Ruh Al Islam) Sementara Syaikh Al Albani mendhaifkan hadits ini. (Shahih wa Dhaif Sunan Ibni Majah No. 3801).


Makna Hadits :

1. Hadits ini menjelaskan mengenai pujian kepada Allah dan malaikat tidak mengerti cara menulisnya.

2. Hadits tidak menjelaskan dengan sharih(tegas) tentang dzikir pagi dan sore

3. Seandainya hadits ini shahih pun tidak bisa dikhususkan pada dzikir pagi dan sore.


14. Membaca Doa Agar Terhindar dari Syirik


Diriwayatkan (1) Imam Ahmad dalam Musnadnya No. 19606, (2) Thabarani dalam Al Mu’jam Al Awsath No. 3503, (3) Ibnu Abi Syaibah dalam Al Mushannaf, Juz 7, Bab 61, No. 1, (4) Imam Al Bukhari dalam Tarikh Al Kabir, Juz. 9, Hal. 58. Hadits ini didhaifkan oleh Syaikh Syu’aib Al Arnauth, lantaran kemajhul-an Abu Ali Al Kahili. Syaikh Al Albani telah menilai hadits Abu Musa ini sebagai hasan li ghairih. (Shahih At Targhib wat Tarhib No. 36) lantaran adanya penguat dari jalur Abu Bakar Ash Shiddiq Radhiallahu ‘Anhu.


Hadits :

خَطَبَنَا أَبُو مُوسَى الْأَشْعَرِيُّ فَقَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا هَذَا الشِّرْكَ فَإِنَّهُ أَخْفَى مِنْ دَبِيبِ النَّمْلِ فَقَامَ إِلَيْهِ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ حَزْنٍ وَقَيْسُ بْنُ المُضَارِبِ فَقَالَا وَاللَّهِ لَتَخْرُجَنَّ مِمَّا قُلْتَ أَوْ لَنَأْتِيَنَّ عُمَرَ مَأْذُونٌ لَنَا أَوْ غَيْرُ مَأْذُونٍ قَالَ بَلْ أَخْرُجُ مِمَّا قُلْتُ خَطَبَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ فَقَالَ أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا هَذَا الشِّرْكَ فَإِنَّهُ أَخْفَى مِنْ دَبِيبِ النَّمْلِ فَقَالَ لَهُ مَنْ شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَقُولَ وَكَيْفَ نَتَّقِيهِ وَهُوَ أَخْفَى مِنْ دَبِيبِ النَّمْلِ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ قُولُوا اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ أَنْ نُشْرِكَ بِكَ شَيْئًا نَعْلَمُهُ وَنَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لَا نَعْلَمُ


Abu Musa Al Asy'ari berkhotbah di hadpan kami, "Wahai manusia takutlah kalian akan syirik (riya'), karena ia lebih halus dari langkah semut." Kemudian berdirilah Abdullah bin Hazn dan Qais bin Mudharib dan berkata, "Demi Allah, kamu jelaskan semua apa yang kamu telah katakan atau kami benar-benar akan mendatangi Umar baik diizinkan atau tidak (agar ia menghukummu atas perkataanmu)." Abu Musa berkata, Bahkan, aku akan jelaskan apa yang telah aku katakan. Pada suatu hari Rasulullah berkhotbah di hadapan kami, beliau bersabda, "Wahai sekalian manusia, takutlah kalian terhadap syirik (riya') karena ia lebih halus dari langkah semut." Kemudian seseorang bertanya, "Wahai Rasulallah, bagaimana kami harus menghindarinya, sementara ia lebih halus dari langkah semut?" Maka beliau menjawab, "Bedoalah dengan membaca, 'ALLAHUMMA INNAA NA'UUDZU BIKA MIN AN NUSYRIKA BIKA SYAIAN NA'LAMUHU WA NASTAGHFIRUKA LIMAA LAA NA'LAMU (Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari menyekutukan-Mu dengan sesuatu yang kami ketahui dan kami meminta ampun kepada-Mu terhadap apa yang kami tidak ketahui).'"(HR. Ahmad no. 18781)


Makna :
1. Hadits shahih dikuatkan dalam adabul mufrad bab fadhlu du’a dari abu bakar as-shiddiq

2. Hadits ini tidak tegas menyebutkan dzikir dikhususkan pada pagi dan sore hari


15. Hadits Berdoa memohon keselamatan, dan berlindung dari kekufuran, kefakiran dan adzab kubur :


حَدَّثَنِي عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ أَبِي بَكْرَةَ أَنَّهُ قَالَ لِأَبِيهِ يَا أَبَتِ إِنِّي أَسْمَعُكَ تَدْعُو كُلَّ غَدَاةٍ اللَّهُمَّ عَافِنِي فِي بَدَنِي اللَّهُمَّ عَافِنِي فِي سَمْعِي اللَّهُمَّ عَافِنِي فِي بَصَرِي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ تُعِيدُهَا ثَلَاثًا حِينَ تُصْبِحُ وَثَلَاثًا حِينَ تُمْسِي فَقَالَ إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدْعُو بِهِنَّ فَأَنَا أُحِبُّ أَنْ أَسْتَنَّ بِسُنَّتِهِ قَالَ عَبَّاسٌ فِيهِ وَتَقُولُ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْكُفْرِ وَالْفَقْرِ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ تُعِيدُهَا ثَلَاثًا حِينَ تُصْبِحُ وَثَلَاثًا حِينَ تُمْسِي فَتَدْعُو بِهِنَّ فَأُحِبُّ أَنْ أَسْتَنَّ بِسُنَّتِهِ قَالَ وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَعَوَاتُ الْمَكْرُوبِ اللَّهُمَّ رَحْمَتَكَ أَرْجُو فَلَا تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْفَةَ عَيْنٍ وَأَصْلِحْ لِي شَأْنِي كُلَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ
وَبَعْضُهُمْ يَزِيدُ عَلَى صَاحِبِهِ


telah menceritakan kepadaku 'Abdurrahman bin Abu Bakrah ia berkata kepada bapaknya, "Wahai bapakku, di waktu pagi aku selalu mendengarmu berdoa, "ALLAAHUMMA 'AAFINII FII BADANII ALLAAHUMMA 'AAFINII FII SAM'II ALLAAHUMMA 'AAFINII FII BASHARII LAA ILAAHA ILLAA ANTA (Ya Allah, berikanlah keselamatan terhadap badanku, berikanlah keselamatan terhadap pendengaranku, berikanlah keselamatan terhadap penglihatanku, tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau). Engkau ulang-ulang hingga tiga kali baik di pagi dan sore hari" Ia menjawab, "Aku pernah mendengar Rasulullah berdoa dengannya, maka aku berkeinginan untuk mengikuti sunahnya." Abbas berkata (dengan riwayatnya) di dalam hadits tersebut, "Dan kamu juga mengucapkan, "ALLAAHUMMA INNII A'UUDZU BIKA MINAL KUFRI WAL FAQRI ALLAAHUMMA INNII A'UUDZU BIKA MIN 'ADZAABIL QABRI LAA ILAAHA ILLA ANTA (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kekafiran dan kemiskinan. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi selain Engkau). Kamu ulang-ulang hingga tiga kali baik di pagi dan sore hari, lalu kamu berdoa dengannya, (ayah Athiyyah menjawab) Maka aku ingin mengikuti sunnah beliau." Ia berkata, "Rasulullah bersabda, "Beberapa doa bagi orang yang tertimpa musibah, "ALLAAHUMMA RAHMATAKA ARJUU FALAA TAKILNII ILAA NAFSII THARFATA 'AININ WA ASHLIH LII SYA`NII KULLAHU LAA ILAAHA ILLAA ANTA (Ya Allah ya Tuhanku, aku mengharap rahmat-Mu, karena itu janganlah Engkau serahkan urusanku kepada diriku sendiri (janganlah Engkau berpaling dariku) sekejap mata, perbaikilah semua urusanku, tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain engkau). " dan sebagian perawi ada yang menambahkan doa yang telah disebutkan. (HR. Abu Dawud :5090)

Di dalam hadits tersebut ada perawi bernama Ja’far bin Maimun. Dia adalah seorang rowi yang suka salah dalam periwayatan, dari seluruh penilaian para ahlu jarh dan ta’dil imam ibnu hajar memberika penilaian padanya : “Shoduq Yukhty” (Kitab Taqribu At-Tahdzib: Ibnu Hajar. No. 947, Hal 141. Cetakan Darul Rasyid : Suriah)

Dan dalam kitab 'Amalul al-yaum wa al-lail karya al-Imam An-Nasai disebutkan sanad di bawah ini :

أخبرنَا مُحَمَّد بن الْمثنى حَدثنَا أَبُو عَامر حَدثنَا عبد الْجَلِيل حَدثنِي جَعْفَر بن مَيْمُون حَدثنِي عبد الرَّحْمَن بن أبي بكرَة أَنه قَالَ لِأَبِيهِ

Telah memberi kabar kami Muhammad bin Al-Mutsanna , Telah berkata kepada kami 'abdul jalil, Telah berkata kepadaku ja'far bin maymun abdurahman bin abi bakrah bahwasanya ia berkata kepada ayahnya

Berkata juga an-Nasai mengenai hadits di atas :

قَالَ أَبُو عبد الرَّحْمَن جَعْفَر بن مَيْمُون لَيْسَ بِالْقَوِيّ

" Ja'far bin Maimun tidak kuat (dalam hafalan haditsnya)"(Kitab 'Amalul al-yaum wa al-lail linnasai : 382, no 571)

16. Membaca Doa Agar Terhindar Dari Kesulitan


HR. Bukhari No. 364, 2736, 6002, Muslim No. 1365, Ahmad No. 12616, Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra No. 12535, Abu Ya’la No. 3703, Ath Thabarani dalam Ad Du’a No. 1349, dan lainlain.


Hadits :


Makna hadits :

1. Dalam hadits ini Rasulullah senantiasa berdoa meminta perlindungan dari kesulitan, dan keburukan pada dirinya.

2. Doa ini doa mutlak bika muqayyah (terikat waktu)

3. Doa ini tidak dikhususkan untuk pagi dan sore.


17.Membaca Doa Permohonan Ilmu, Rizki, dan Amal

HR. Ibnu Sunni dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah no. 54, Ibnu Majah no. 925. Syaikh ‘Abdul Qodir dan Syu’aib Al Arnauth menyatakan sanad hadits ini hasan dalam tahqiq Zaadul Ma’ad 2/375.

Makna Hadits :

1. Doa ketika selesai shalat shubuh

2. Bisa dijadikan redaksi doa mutlak karena maknanya

3. Bukan dzikir khusus pagi.

4. Harus dibedakan dzikir khusus pagi dengan setelah shalat, karena beda kekhususan niat.


18.Membaca Istigfar (100x)

[25] HR. Bukhari dalam Fathul Bari (11/101, no. 6307) dan Muslim (4/2075, no. 2702)


Makna Hadits :

1. Istigfar harian nabi 70 kali atau 100 kali

2. Dianjurkan istigfar 70 atau 100 kali setiap hari pada sembarang waktu.

3. Tidak ada anjuran 100 kali di pagi hari dan 100 kali di sore hari. Tetapi 100 kali 1 hari.

4. Boleh lebih tetapi tidak ada batasan, atau ketentuan jumlahnya.


19. Membaca Doa Agar Hati Diteguhkan

Keutamannya: Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha mengatakan bahwa doa yang paling sering dibaca oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah doa, “Yaa muqollibal qulub tsabbit qolbi ‘ala diinik ” artinya “Wahai Zat yang membolak-balikkan hati teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.” (HR. Tirmidzi, Ahmad, Hakim, dishahihkan oleh Adz Dzahabi, lihat pula Shahihul Jami’)


Makna Hadits :
1. Doa mutlak memperteguh iman dan hati

2. Bukan doa khusus dzikir pagi dan sore.


20. Mengucapkan Tasbih dan Tahmid dalam jumlah tak terhingga

عَنْ جُوَيْرِيَةَ

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ مِنْ عِنْدِهَا بُكْرَةً حِينَ صَلَّى الصُّبْحَ وَهِيَ فِي مَسْجِدِهَا ثُمَّ رَجَعَ بَعْدَ أَنْ أَضْحَى وَهِيَ جَالِسَةٌ فَقَالَ مَا زِلْتِ عَلَى الْحَالِ الَّتِي فَارَقْتُكِ عَلَيْهَا قَالَتْ نَعَمْ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَقَدْ قُلْتُ بَعْدَكِ أَرْبَعَ كَلِمَاتٍ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ لَوْ وُزِنَتْ بِمَا قُلْتِ مُنْذُ الْيَوْمِ لَوَزَنَتْهُنَّ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ عَدَدَ خَلْقِهِ وَرِضَا نَفْسِهِ وَزِنَةَ عَرْشِهِ وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَأَبُو كُرَيْبٍ وَإِسْحَقُ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ بِشْرٍ عَنْ مِسْعَرٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي رِشْدِينَ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ جُوَيْرِيَةَ قَالَتْ مَرَّ بِهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ صَلَّى صَلَاةَ الْغَدَاةِ أَوْ بَعْدَ مَا صَلَّى الْغَدَاةَ فَذَكَرَ نَحْوَهُ غَيْرَ أَنَّهُ قَالَ سُبْحَانَ اللَّهِ عَدَدَ خَلْقِهِ سُبْحَانَ اللَّهِ رِضَا نَفْسِهِ سُبْحَانَ اللَّهِ زِنَةَ عَرْشِهِ سُبْحَانَ اللَّهِ مِدَادَ كَلِمَاتِهِ

dari Juwairiyah bahwasanya Nabi ﷺ keluar dari rumah Juwairiyah pada pagi hari usai salat Subuh dan dia tetap di tempat salatnya. Tak lama kemudian Rasulullah ﷺ kembali setelah terbit fajar (pada waktu Duha), sedangkan Juwairiyah masih duduk di tempat salatnya. Setelah itu, Rasulullah menyapanya, "Ya Juwairiyah, kamu masih belum beranjak dari tempat salatmu?" Juwairiyah menjawab, 'Ya. Saya masih di sini, di tempat semula ya Rasulullah.' Kemudian Rasulullah ﷺ berkata, 'Setelah keluar tadi, aku telah mengucapkan empat rangkaian kata-kata -sebanyak tiga kali- yang kalimat tersebut jika dibandingkan dengan apa yang kamu baca seharian tentu akan sebanding, yaitu 'SUBHAANALLOOHI WABIHAMDIHI, 'ADADA KHOLQIHI WARIDHOO NAFSIHI WAZINATA 'ARSYIHI WAMIDAADA KALIMAATIHI."Mahasuci Allah dengan segala puji bagi-Nya sebanyak hitungan makhluk-Nya, menurut keridhaan-Nya, menurut arasy-Nya dan sebanyak tinta kalimat-Nya.' Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah dan Abu Kuraib dan Ishaq dari Muhammad bin Bisyr dari Mis'ar dari Muhammad bin 'Abdurrahman dari Abu Risydin dari Ibnu 'Abbas dari Juwairiyah dia berkata, bahwa suatu ketika Rasulullah ﷺ melewatiku ketika beliau usai salat Subuh. -lalu dia menyebutkan redaksi yang serupa. Namun beliau dengan menggunakan kalimat, 'SUBHANALLAH 'ADADA KHALQIHI, SUBHANALLAH RIDHO NAFSIHI, SUBHANALLAH ZINATA 'ARSYIHI, SUBHANALLAH MIDADA KALIMAATIHI. Mahasuci Allah sebanyak hitungan makhluk-Nya. Mahasuci Allah menurut keridhaan-Nya. Mahasuci Allah menurut kebesaran arasy-Nya. Mahasuci Allah sebanyak paparan kelimat-Nya.'(HR. Muslim : 2726 dalam kitab muqoddimah, Abu Daud 1503, riwayat lain An-Nasai dalam kitab 'amalul yaum wa al-lail : 383, no 574-577)

Keterangan : 

1. Dibaca tiga kali

2. Hadits Shahih tetapi tidak ada penyebutan pagi dan sore hari

3. Dibaca setelah sholat subuh


Demikian dari saya

Semoga bermanfaat

Wallahu A’lam Bishawwab

1HR. Abu Daud : 5080, “Katakanlah (Qul Huwa...) tiga kali pada waktu sore dan pagi hari, maka dengan surah-surah ini akan mencukupimu (menjagamu) dari segala keburukan.

2 M Ustadz Amin Muchtar, Makalah Kajian Berkala Pesantren Ibnu Hajar “Bolehkah Dzikir Pagi Dan Petang Dengan Membaca Ayat Kursi?”, Bandung, Kamis, 24 Muharram 1443 H/02 September 2021.

3 Ustadz Amin Muchtar, Bandung, Makalah Kajian Berkala Pesantren Ibnu Hajar, Kamis, 16 Shafar 1443 H/23 September 2021